Damariotimes. Profesi sebagai pedagang memang tidak dapat dihentikan, seperti Mbah Hari, si penjual dawet di pasar Beringharjo. Mbah Hari disela-sela menjalin pelanggannya mengaku usianya sekarang sudah menginjak 77 tahun. Waktu jaman Jepang masih ingat. Waktu itu dibawa mengungsi oleh ayahnya.
Mbah Hari yang berjualan dawet di samping pintu masuk pasar Beringharjo sebelah kiri itu sudah empat puluh lima tahun.
Mbah Hari yang berjualan dawet di samping pintu masuk pasar Beringharjo sebelah kiri itu sudah empat puluh lima tahun.
Mbah Hari, 45 tahun berjualan dawet di pasar Beringharjo (Foto ist.) |
Pasar Beringharjo ini sejak dulu sudah ramai begini, pokoknya pasar ini tidak ada sepinya.
Saya berjualan dawet ini mulai masih gadis, sekarang sudah beranak pinak. Mereka tidak ada yang berminat melanjutkan profesi saya sebagai penjual dawet.
Memang anak-anak saya sudah pandai, mereka sudah sekolah semua. Bekerja yang dipilih yang menghasilkan uang yang banyak. Berjualan dawet tentunya tidak keren, dan hasilnya juga tidak banyak. Saya hanya bermodal serius, hati-hati, dan tekun. itu saja yang membuat saya awet, awet sebagai pedagang dawet. Setiap hari ketemu banyak orang dari berbagai daerah. Mereka yang tertarik dengan dawet tradisional ini pasti mampir.
Mbah Hari mulai buka dasar jam 08.00 WIB, nanti sudah habis setelah adzan duhur.
Setiap hari dilakukannya secar rutin, dan bersyukur saya diberikan Allah kesehatan.
Reporter : R. Hidajat
Editor : Muhammad 'Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Empat Puluh Lima Tahun Jualan Dawet Pasar Beringharjo Yogyakarta"