Damariotimes. Sebuah kakawin dalam bahasa Jawa
kuno, Negarakertagama, mengkisahkan
kepada kita bahwa untuk pembagian kerajaan
dari Er-Langga telah diminta pertolongan ahli sihir baginda yang tetinggi Mpu
Bharada, seorang Buddhis Mahayana, yang karena sekian lama bersemayam di
lapangan mayat Lembah Tulis, di tempat lain disebut Wurare, telah memperoleh
sakti yang demikian banyak.
Ia bisa pergi dari Jawa ke Bali berjalan kaki.
Dengan memamerkan kekuatan: gaibnya yang
dahsyat dan memilih jalan melalui ruang angkasa bertapa ini menggunakan air
suci menarik garis perbatasan gaib antara Jenggala, yang dimaksud menjadi pemisah yang lain sempurna
antara kedua negara itu daripada penghalang lainnya yang manapun. Dan kalau
kakawain yang sama itu secara sangat mengesankan melukiskan dihadapan kita
upacara–upacara Shraddha tahun 1362, yang bertujuan menobatkan ibu leluhur
raja-raja Majapahit yang dianggap menadi
Dewi Sri Rajapatni, yang tiga abad sebelumnya sebagai ibu pelindung
kerajaan dengan saktinya telah ikut menggagalkan selesainya, pekerjaan Mpu
Bharada di tempat kemenangannya sendiri dalam
bentuk Dewi Prajnyaparamitra, maka syahid itu tidak lupa untuk
memberikan dengan tegas, bahwa bersama-sama dengan pemimpin tertinggi dari
upacara transsubstantiatie
(penjelmaan dalam bentuk lain) itu.
Topik
: Pembagian Kerajaan Erlangga (kahuripan)
Judul Buku :
Penulisan Sejarah Jawa
Pengarang : C.C. Berg
Penerbit : Bharatara Karya Aksara
Kota : Jakarta
Tahun : 1985
Hal : 11
Reporter : R. Hidajat
Editor : Muhammad ’Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Ritual Upacara Shraddha"