Imlek di Solo: kebudayaan di Ekspresikan di Ruang Publik

        Damariotimes, Surakarta, selama satu bulan menjelang perayaan Imlek. Di Surakarta membuka ruang publik untuk memberikan ruang publik bagi etnik Cina, yaitu berupa pasar malam yang dimeriahkan dengan hiasan lampion dan juga pernak-perniknya. Suasana meriah, memerah. Lampion yang di tata bervariasi sepanjang depan balai kota hingga depan pasar Gedhe. 

Kebudayaan yang diekspresikan di ruang publik (Foto ist.)

        Ruang publik ini memberikan arti yang besar, tidak hanya kemeriahan hari Raya Imlek, namun lebih dari 500 pedagang jajanan dan mainan anak mendapat kesempatan mengais rejeki, ekonomi masyarakat kecil menjadi tumbuh selama satu bulan.
        Kebudayaan di berbagai negara akan memberikan warna yang saling mengikat secara emosional, oleh karena itu dibutuhkan ruang publik yang dalam waktu kulminasinya dapat diekspresikan. Efeknya tidak hanya pada etnik pemilik kebudayaan itu sendiri, tapi juga dapat menjadi pilar penyangga tumbuhnya ekonomi. Kekuatan ekonomi suatu negara sangat dibutuhkan untuk menyatukan ikatan sosial.

Masyarakat menikmati ekspresi kebudayaan di ruang publik (Foto ist.)

Fenomena tersebut sudah dibuktikan oleh masyarakat pesisir. Keberadaan kekuatan sosial masyarakat pesisir adalah faktor ekonomi yang mampu mengakomodasi multikulturalisme  kebudayaan. Dengan demikian dapat disimak perjalanan kebudayaan masyarakat pesisir. Keanekaragaman masyarakat pesisir menjadi kekuatan ekonomi yang sangat besar. Oleh karena itu kebudayaan diekspresikan melalui ruang publik, agar dapat menjadi magnit kehidupan masyarakat.



Penulis  : R.Hidajat
Editor    : Muhammad 'Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Imlek di Solo: kebudayaan di Ekspresikan di Ruang Publik"