Estetika merupakan cabang ilmu
yang mengulik tentang sesuatu yang menjelaskan tentang ‘keindahan’. Namun
keindahan yang dimaksud pada awalnya bukan sesuatu yang menyenangkan, namun
sesuatu yang memiliki esensi ‘kebenaran.’ Tentunya hal ini tidak hanya melekat
pada barang, namun segala sesuatu yang melekat pada tindakan seseorang. Oleh
karena itu, estetika pada awalnya memiliki kaitan yang erat dengan moralitas.
Pendidikan
yang membelajarkan seni, pada dasarnya tidak hanya untuk kesenian itu sendiri.
namun pembelajar seni diberbagai masa, dan juga di lingkungan masyarakat elite.
Pendidikan seni dimaksudkan sebagai pendidikan ‘sikap’. Sudah barang tentu
mereka yang berada dalam kelas-kelas keningratan dimungkinkan dapat bersikap
‘benar.’
Kebenaran
tidak menjadi bagian yang bersifat tunggal, namun kebenaran itu memiliki relasi
dengan berbagai hal, misalnya: jujur, baik, peduli, kasih sayang, ikhlas, dan
relasi moralitas yang membuat manusia mencapai tingkat taraf keberadaan yang
tinggi. Dengan demikian, sesuatu yang dianggap estetik adalah tata nilai yang
telah mencapai tingkat atau taraf yang paling tinggi dalam pencapaian peradaban
manusia. Dengan demikian, hasil kerja dari manusia-manusia yang mendapatkan
pendidikan estetik adalah: memiliki nilai kehalusan, kerumitan, menyenangkan,
menentramkan, mendamaikan, keluhuran, atau mencerminkan kondisi keluruhan.
Pada
pemahaman estetika yang telah dirintis oleh para filsuf Yunani, dan atau para
pujangga-pujangga sastra di berbagai penjuru dunia adalah menunjukan
nilai-nilai kebaikan, oleh karena itu para teknokrat juga mengambil bagian dari
estetik, tidak hanya tampilan luar, namun juga aspek konsep, proses, dan
pelaksanaannya mengedepankan hal-hal yang diklaim sebagai “benar”. Berbagai
karya seni yang memiliki esensi benar, maka selalu mengetengahkan hal-hal yang
disebut juga “baik”, bahkan Tuhan menciptakan berbagai perwujudan di Bumi ini
yang disebut dengan ‘baik'.
Penulis : R. Hidajat
Editor :
Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Estetika dan Kebenaran"