|
Masjid Agung Tuban di sebelah Barat (Foto ist.) |
Damariotimes, Tuban salah satu kota pantai (wilayah Pantura) yang dilalui oleh jalan raya Dandeles. Sudah barang tentu kita ini memiliki jejak feodalisme dan Kolonial, hal ini dapat diperhatikan melalui tata kota yang tampak dari alun-alun Tuban.
|
Kantor Bupati Tuban disebelah timur (foto ist.) |
Alun -Alun menjadi penting bagi keberadaan seorang Bupati (Jejak feodalisme) karena banyak hal yang dapat dilakukan secara politik. Namun keberadaan alun-alun menjadi bagian penting terhadap cara kolonial Belanda dalam ikut serta mengatur kekuasaan seorang Bupati. Sehingga terjadilah sebuah sinergitas kekuasaan, baik dalam percaturan politik, kebudayaan, dan juga agama.
|
Pantai Boom disebelah Utara (Foto ist.) |
Alun-alun dikonstruksi sebagai bentuk Mandala yang menata ruang kosmos, yaitu otonomi keagamaan (Islam) yang diposisikan Masjid Agung di sebelah barat, karena posisi kiblat mengarah ke barat, berhadapan dengan kantor Bupati yang berada disebelah Timur. Letak kantor Bupati dianggap sebagai kedudukan penguasa Jawa zaman feodalisme, yaitu raja sebagai Keturunan Dewa. Konsep Dewaraja dalam kosmoligi Hindu, kedudukan Wisnu ada di Utara. Sementara di sebelah Selatan dibagi dengan keberadaan kolonial Belanda, yang umumnya didirikan kantor gupermen yang disebut sebagai Loji (kantor), letaknya ada disebelah kiri dari kantor Bupati, jika kita menghadap ke Timur, sementara di sebelah kanan kantor Bupati terdapat penjara, posisinya berada di sebelah Utara. karena Tuban ada diwilayah Pantura di sebelah Utara selain penjara juga laut, ada pelabuhan pantai Boom. Sekarang dijadikan objek wisata, artinya itu pemasukan daerah, maka identik dengan "sumber uang" , mengingat di daerah yang lain posisi Utara terdapat Bank. Hal ini dapat diartikan sebagai tempat kebijaksanaan dan kesejahteraan.
Reporter. : R.Hudajat
Editor. : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk " Alun-Alun Tuban: Tata Kota jejak Feodalisme dan Kolonial di Jawa"