Damariotimes. Wasisno adalah seorang pria berusia 48 asal Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Sebagai kepala rumah tangga yang menghidupi keluarga kecilnya, bukanlah hal yang mudah. Apalagi hidup di desa, mencari nafkah harus berterik matahari, berpeluh keringat. Wasis, demikian panggilan sehari-hari pria yang lahir dari keluarga menengah kebawah. Keluarga sederhana itu telah menjadikannya seorang laki-laki tangguh yang tinggi tekadnya.
Wasis hanya lulus pendidikan tingkat SLTA. Sampai di jenjang itu
sudah bersyukur, sungguhpun pernah bercita-cita ingin kuliah. Namun karena
biaya, cita-cita itu harus dikubur dalam-dalam, dan dengan iklas menjalani
hidup sederhana. Beliau hanya terus berdoa dan bertekad untuk bekerja lebih keras
agar anaknya mampu jadi seorang sarjana.
Pekerjaan pak Wasis pada saat ini adalah pengrajin batu bata di
desanya. Pekerjaannya sangat bagus, dan barang yang diproduksi sudah sangat terkenal.
Beliau menjadi salah satu pengrajin batu bata yang sangat dicari di daerahnya.
Bukan tanpa sebab, menjadi pengrajin batu bata membutuhkan tenaga yang cukup
besar dan juga waktu yang cukup lama. Bapak wasis menekuni profesinya menjadi
pengrajin batu bata sudah hampir 20 th dan mampu mengidupi keluarganya. Wasisno perajin batu bata (Foto ist.)
Diusianya yang tak lagi muda seperti sekarang dan banyaknya
kebutuhan, mengharuskan bapak Wasis harus bekerja semakin giat karena beliau
memiliki 2 anak perempuan yang mengenyam pendidikan, yang satu sedang kuliah
dan yang satu masih dibangku SMA. kedua anaknya berada di luar kota, yang
pastinya membutuhkan biaya yang cukup besar.
Disisi lain kondisi beliau yang mudah lelah dan mudah sakit
menjadikan bapak wasis tidak lagi se eksis dulu. Ditahun kejayaannya di
tahun 2010an, bapak wasis mampu membangun rumah untuk keluarga kecilnya dengan
hasil berjualan batu bata. Dalam sekali bakar, sekarang hanya mampu membakar 10
ribu-15 ribu batu bata, itupun banyak batu bata yang rusak dan patah saat di
bakar.
Tiap tahunnya, bapak Wasis mampu bakar batu bata 2-3 kali, namun
sekarang satu tahun sekali hanya sekali bapak wasis melakukan pembakaran batu
bata bahkan kadang pada satu tahun tidak bakar batu bata dan beliau hanya
menjual batu bata mentah demi kebutuhan yang mendesak dan hal yang tak terduga.
Meskipun demikian bapak Wasis tetap bertekad menguliahkan anaknya
hingga sarjana. Meskipun tidak sedikit orang yang mencibir. Kabar yang
memerahkan telinga seringkali terdengar. kalau beliau tidak mungkin bisa
menguliahkan anaknya dengan keadaanya hidup yang pas-pasan. Namun, pak Wasis Setiap
setiap malam meluangkan waktu untuk berdoa yang bertawakal agar Tuhan,
permintaan dalam doanya agar memudahkan
jalan hidupnya dan keluarganya. Bersyukur, doanya terkabul: Biaya kuliah yang
dan biaya hidup di luar kota selalu dapat tercukupkan.
Keyakinan beliau, bahwa apa yang Tuhan, kehendaki pasti akan
terjadi. Anaknya yang sedang menempuh kuliah mendapatkan beasiswa full
hingga lulus. Hal itu merupakan hadiah yang luar biasa dari Tuhan dan tidak
pernah terfikirkan sama sekali dalam hidupnya.
Posting Komentar untuk "Perajin Batu Bata Anakya Kuliah di Perguruan Tinggi Negeri"