Mendaki Kuil Gunung Emas: Wat Saket

Damariotimes. 22 Oktober 2022 Bangkok dan Negara Gajah Putih secara keseluruhan yang memiliki masa lalu kesejarahan yang menarik. Hal ini tidak berbeda dengan Indonesia, setiap tempat mempunyai jejak sejarah yang meninggalkan artefak yang monumental. Hal ini menjadi semakin membanggakan bagi wisatawan Indonesia, dalam hal ini bagi reporter Damariotimes. Kesempatan emas untuk mengunjungi negara yang memiliki sejarah masa lalu yang juga sangat dahsyat. Hal ini seperti Wat Saket, letaknya di luar kawasan pulau Rattanakosin lama. Situs ini dapat dipelajari melalui sejarah masyarakat Thailand pada zaman kekaisaran Ayutthaya (1350-1767). Kuil Budha ini sekitar abad XVIII berada di luar tembok kota, fungsinya sebagai kremasi.  Bahkan tempat ini pernah sebagai pembuangan 60.000 orang korban wabah, oleh karena itu tempat ini disebut juga ‘gerbang hantu’. Karena bau bangkai yang menyengat, orang yang akan menuju kuil harus membuat jalan yang menjauh, akibatnya terjadi jalan yang membelok cukup jauh.

The Golden Mount (Foto ist.)

                Pembangunan kuil yang terbengkalai lama itu, kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Raja Chulalongkron. Sehingga kuil yang kemudian populer dengan sebutan kuil gunung emas itu menjadi tempat ziarah yang sangat penting. Untuk mendaki puncak Wat Saket harus menapaki kurang lebih 300 anak tangga yang meningkat hingga kepuncak untuk menyakisikan ritual dari para biksu, stupa yang berlapis emas kemilau ketika diterpa matahari yang sangat terik.

Wat Saket: The Golden Mount (foto ist.)
                Jika pengunjung dapat mencapai puncak, sepanjang jalan melingkar akan di berikan pemandangan yang menakjubkan selepas memandang dari 360 drajat panorama kota Bangkok. Jika sampai ke sebelah barat, dapat menyaksikan kuil Budha Zamrud di Grand Palace, setelah memutar ke barat laut akan melihat jembatan Rama VI dengan kabel gandung yang berkilau keemasan, bahkan setelah menapaki bagian timur dapat melihat zona pusat bisnis Bangkok.

Mencapai puncak The Golden Mount harus menapak 300 anak tangga (Foto ist.)
                Hal ini tampak seperti yang dikandung dalam filosofi dari candi Borobudur, pengunjung yang naik ketangga dan mengitari teras secara pradaksina (berputar ke kanan) akan disuguhkan berbagai cerita tentang kehidupan dalam epos-epos India, dan peristiwa kehidupan sang Budha, namun setelah mencapai tingkat tertinggi, di atas sana hanya ada stupa tanpa ukiran. Wat Saket tampaknya juga mengusung spirit tersebut.
Menjalankan ritual Budhis di puncak The Golden Mount (Foto ist.)

                Tentunya ziarah religi di Bangkok  tidak hanya diperuntukan bagi umat Budha, namun tempat ini juga terbuka untuk umum. Dibuka mulai jam 07.00 hingga jam 19.00. bila ingin menuju puncak candi, pengunjung dipersilahkan untuk membeli tiket sebesar 50 Bath (Rp. 20.000 +). Para wisatawan laki-laki atau wanita diharuskan berpakaian rapi dan sopan. Karena kuil ini masih difungsikan sebagai tempat ibadah dari masyarakat yang beragama Budha, baik dari Thailand atau dari luar. Bahkan setiap tahun, jatuh di bulan November diselenggarakan festival yang diselenggarakan selama 7  hari, yang disebut Loy Krathong. Tentunya tempat ini sangat ramai dan meriah, tebaran cahaya lilin, bahkan ditutup dengan kain warna merah cerah untuk menandai keberuntungan.



Reporter              : R. Hidajat
Editor                  : Muhammad ‘Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Mendaki Kuil Gunung Emas: Wat Saket"