Damariotimes, Sebuah catatan sederhana tentang pengalaman sebagai seorang penari. Menari telah menjadi salah satu ancangan profesi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pilihan kuliah pada jurusan pendidikan seni tari di Universitas Pendidikan Indonesia Kota Kembang-Bandung menjadi pilihan. Perguruan tinggi ini sebagai harapan dapat menjadikan tumbuhan cita-cita sebagai pendidik seni.
Pertumbuhan teknik menari hasil dari kerja keras (Foto Ist.)
Nama saya, Vikri
Sabastian Kurnia. Menari menjadi suatu yang
tumbuh dalam hidup, sungguhpun hal ini
telah tersadari sejak awal, karena saya
bukan seorang penari yang handal, Namun selama ini masih dapat mengikuti
dan membawakan tarian. Karena kemampuan
menari masih tumbuh bersama-sama pada waktu memasuki perguruan tinggi.
Sebenarnya
tertarik pada seni tari ketika duduk dibangku sekolah dasar (SD). Namun selama
ini tidak secara inten mengasah
kemampuan itu. Akhirnya, ketika memasuki perguruan tinggi Jurusan Pendidikan
Seni Tari, ada kendala, sehingga ada yang membuat terasa kesulitan untuk
beradaptasi membangun kemampuan secara maksimal.
Sungguhpun
demikian, selama ini tetap terus
berusaha semaksimal mungkin, bekerja keras untuk menguasai teknik menari
dengan baik. Harapannya tentu secepatnya dapat menyetarakan kemampuan menari
secara layak. Oleh karena itu, harus kerja dengan keras, akhirnya secara
bertahap, kemampuan itu mulai terasa meningkat. Sudah barang tentu, kemajuan
tersebut membuat bangga, dan selalu mengapresiasi kemampuan penari-penari yang
professional. Kesadaran tersebut tersadari benar, bahwa mengembangkan kemampuan menari benar-benar
menjadi kunci utama untuk maju.
Menari kelompok membangun keyakinan (Foto Ist.) |
Peningkatan kemampuan menari di depan publik, mulai terasa pada bulan Juni tahun 2022. Saya bersama teman seangakatan mendapatkan tugas menciptakan karya tari, saya memilih tema Melancholia. Koregrafi ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah Koreografi.
Matakuliah Koreograsi
yang diampu Bapak Dr. Ayo Sunaryo, M.Pd.
Mempersiapkan mahasiswa agar dapat tampil pada sebuah pagelaran. Waktu yang disediakan kurang
lebih dua bulan. Karena pagelaran ini
merupakan pengalaman penciptaan karya tari, maka semua mahasiswa mempersiapkan
kegiatan tersebut dari nol.
Kemi membuat
kepanitiaan untuk membentuk organisasi, tujuannya agar kegiatan dapat berjalan
dengan lancar. Secara individu harus menyiapkan konsep, agar pengorganisasian unsur-unsur tari dapat dikonstruksi.
Demikian juga, musik iringan tari juga
merupakan karya baru.
Koreografi yang saya ciptakan menceritakan
seseorang yang mengidap penyakit melankilos; penyakit mental health; seseorang
yang terjangkit penyakit ini menjadi berambisi dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Akhirnya segala emosi yang ada dalam diri terluapkan dengan tidak
terkendali.
Pada saat proses kegiatan kreatif berlangsung, berbagai
emosi juga terluapkan. Disatu sisi, terjadi perubahan rasa, yaitu kebahagiaan dapat tampilkan kemampuan individu
kepada semua orang. Terlebih pada acara pagelaran, penghayatan peristiwa
estetik yang terungkap itu benar-benar yang
pertama kalinya. Disisi lain perasaan sedih
dan marah tidak dapat menjaga kesehatan ketika proses kegiatan tersebut
berlangsung. Tubuh dan mental terasa tidak seimbang. Alhasil benar-benar jatuh sakit. Namun tetap mengikuti proses, walaupun dengan
energi yang semakin menurun. Perasan menyesal, karena tidak menjaga kesehatan.
Namun kondisi ini menjadi pelajaran, bahwa menjaga Kesehatan itu penting.
Akhirnya hari – H kegiatan telah tiba, saya merasa gugup
dan penuh dengan kegelisahan tak terkendali, namun dengan penuh kesadaran, saya
tidak ingin mengecewakan orang yang telah menyempatkan datang pada pagelaran.
Saya ingin membuat hal yang mengesankan dan memberikan yang terbaik dari hasil latih
dengan dengan teman – teman.
Hingga pada
saat menampilkan koreografi benar-benar tersajikan kepada penonton. Puji
syukur, saya dan teman – teman berhasil menampilkan koreografi dengan cukup
baik, sehingga dapat membuat orang – orang terkesan. Rasa haru, sedih, dan
senang bercampur dalam hati. Ternyata, saya dapat menampilkan yang terbaik
untuk penonton.
Sudah barang
tentu, merasa senang yang tak
terkendalikan itu bagaikan anugrah, rasa syukur tak habis-habisnya terucapkan
dalam hati. Rasa senang, namun bercampur juga dengan rasas kesedihan. Ketika pagelaran berakhir; orang
tua dari teman – teman langsung menghampiri dan mengucapkan selamat. Lain halnya
dengan saya, orang tua saya tidak bisa menyempatkan hadir dipagelaran tersebut.
Saya sempat
duduk termenung, dan bertanya dalam diri sendiri, bahkan tak dapat
mengandalikan perasaan kebingungan,
karena orang yang sangat mencintai saya, tidak datang. Namun, akhirnya saya
memutuskan untuk diam di belakang panggung, daripada melihat teman – teman
bersama orang tuanya. Namun hal tersebut tidak membuat saya mundur dalam
menari. Walaupun tidak bisa dilihat oleh orang tua, namun saya tetap bisa
memberikan yang terbaik bagi mereka yang datang. Mungkin itu sedikit dari
sepenggal kisah saya yang sangat berkesan dalam menggeluti dunia seni tari.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "MELANCHOLIA PENGALAMAN MENARI UNTUK ORANG TUAKU"