Damariotimes. Malang, 17
September 2022. Selain memiliki banyak tempat pariwisata, kota Malang terkanal
banyak kampus yang memiliki mahasiswa dari dalam negeri maupun luar negeri.
Tidak hanya para mahasiswa yang datang ke Malang, tetapi juga para pedagang
ataupun penjual. Mereka semua memiliki tujuan berada-beda ke kota Malang. Ada
yang berniat mencari ilmu, mencari teman, mencari pengalaman/berlibur, atau
mencari nafkah.
Yuliani Pegadang Makroni dan Cilor (Foto Ist.) |
Tidah heran, apabila ada pedagang
yang dari luar kota Malang ingin berdagang di kota ini. Salah satunya, yaitu
pedagang pedagang kuliner. Seperti jenis makanan makroni dan cilor, dan jenis
minuman es marimas, es nutrisari dan pop ice. Makanan dan minuman itu tidak
terlalu sulit untuk dibuat dan bahannya tidak susah untuk dicari. Seperti bahan
macaroni ada yang dijual mentah, atau kemasan instan. Lalu untuk bahan makanan
cilor, memakai tepung kanji. Sedangkan untuk bahan minuman, menggunakan bahan
instan. Biasanya sering dijual di supermarket, dalam bentuk sachet.
Proses membuat Makroni (Foto Ist.) |
Semua cara itu sudah biasa
dilakukan oleh pedagang yang bernama Yuliani, Ibu dari satu anak laki-laki yang
masih duduk dibangku SMP. Istri dari bapak Agus ini juga berpedagang seperti Ibu Yuliani.
Perbedaannya hanya tempat mangkalnya. Ibu Yuliani biasa berjualan di sekitar
taman Merjosari sedangnya suaminya berjualan di sekitar UNISMA. Pedagang
lulusan SMA ini berasal dari kota Cirebon, Jawa Barat. Ibu Yuliani merantau
dari ke kota Malang dikarenakan ikut adik suaminya. Dia tertarik karena
informasi dari iparnya yang mengatakan: “Dagang di kota Malang lebih ramai
dikarenakan banyak kampus. Pastinya mahasiswanya juga lebih banyak, dan peluang
pembeli juga tinggi”.
Tempat tinggal Ibu Yuliani
tinggal di Clumprit. Bersama dengan suami, anak dan ibunya. Suaminya juga
membantu dalam berdagang atau yang membeli bahan dagangan setiap hari, supaya usaha yang
dilakukan berjalan sesuai dengan harapan.
Kedai 29 B, yang memiliki menu
makanan makroni dan cilor sedangkan menu minumannya adalah es marimas, es
nutrisari, dan pop ice ini harganya bisa dibilang ramah kantong. Usaha Ibu
Yuliani ini dibuka setiap hari dari jam 11.oo sampai malam, tergantung apakah
masih ada sisa. Jika bahan sudah habis, kemungkinan tutup lebih awal. Paling
lama Ibu Yuliani berjualan sampai jam 9 malam, dan paling awal jam 4 atau 5
sore. Berbeda ketika berjualan di rumah, biasanya dibuka jam 10 pagi sampai jam
5 atau 6 sore.
Awalnya Ibu Yuliani berjualan
dorayaki milik iparnya, di pujasera
dekat SMA 7. Karena pendemi covid-19, banyak sekolah yang diliburkan dan
membuat pujasera tutup. Akhirnya Ibu Yuliani memutuskan untuk membuka usaha
sendiri, merintis dari kecil dari awal bersama suaminya. Jika adek fokus ke
jualan dorayaki. Ibu Yuliani ingin
mencoba hal lain dan baru, yaitu mencoba
fokus ke makanan makroni dan cilor, dan beberapa minuman yaitu es marimas, es
nutrisari, dan pop ice. Sebelum berjualan disini, biasanya berjualan di daerah
clumprit.
Dalam sehari berjualan di sekitar
taman Merjosari bisa mendapatkan minimal Rp.100.000-150.000, jika di rumah
mendapatkan minimal Rp. 30.000-50.000. Sedangkan paling tinggi di sini adalah Rp.
250.000,. Dalam sebulan Ibu Yuliani bisa mendapatkan kurang lebih 4 juta,
apabila sepi mendapatkan 2 juta. Pesan dan kesan dari Ibu Yuliani, jadi
pedagang kecil seperti ini harus telaten dan sabar, sabar jika belum ada yang
membeli. Karena resiko jadi penjual itu sepi, jadi harus banyak bersyukur.
Karena tidak sedikit pedagang yang langsung gulung tikar, ketika kondisi mulai
sepi. Menjadi penjual harus kuat mental, jangan pernah sampai putus asa.
Intinya harus perbanyak kesabaran dan ketelatenan dalam menghadapi masalah.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Suami-Istri Pedagang Makroni dan Cilor dari Cirebon"