Damariotimes. Camelia Ferrala, seorang gadis berusia 19 tahun asal Ponorogo. Mengaku memiliki hobi menari. Menurutnya, menari merupakan kegiatan yang sangat positif untuk perkembangan kepribadian, selain dapat mengasah kemampuan motorik. Camelia mengaku telah berkecimpung dalam lingkungan seni tari sejak kecil, dan tetap ditekuni hingga sekarang. Karena kesenian itu dapat membawa pada pertumbuhan menjadi manusia berguna, bahkan dapat ikut serta melestarikan budaya. Maka tekatnya itu akan ditekuni hingga usia tua.
Camelia Ferrala ketika menari Jathil (Foto ist.) |
Bergelut dalam bidang tari merupakan hal
tidak sengaja diminiti, pada awalnya ikut kakak berproses untuk Festival
Nasional Reog Panagara, sebuah festival yang sudah pupuler di selenggarakan
setiap tahun di Panaraga. Pengalamannya menari dari usia dini itu memang belum
seberapa berarti. Sungguhpun hobby tersebut telah menghantar dirinya sebagai
mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang.
Ketika berada di perguruan tinggi, mulai
terbuka kesadarannya, bahwa menekuni bidang seni tari tidak hanya menari. Akan
tetapi juga mempelajari bidang ilmu yang lain, ilmu yang dapat memberikan
pemahaman secara mendalam tentang seni tari. Hal ini dapat mengingatkannya,
pada saat aktif di paguyuban seni reyog di Ponorogo. Hasratnya menari ditekuni
tidak hanya satu Paguyuban, tapi juga tergabung dalam beberapa paguyuban.
Sangat senang sekali ketika dapat tampil di depan publik.
Pada waktu duduk di bangku SMA, sudah
barang tentu tergabung pada ekstrakulikuler seni tari, dan berlanjut hingga periode
ketiga (kelas III) di percayai menjadi pengurus di ekstra. Sementara
kegiatannya di luar ekstrakulikuler juga
aktif di dua paguyuban reyog versi obyok.
Sebagaimana aktivitas di perkumpulan
reyog, wanita umumnya memang tergabung dalam kelompok penari jathil. Proses
menjadi penari jathil juga tidak singkat, karena harus rajin berlatih. Seperti penari-penari yang lain, mempelajari
tari mulai dari ragam gerak sebagai
penari pemula, namun semangat terus membuat semangat untuk terus memperbaiki kemampuan
sebagai penari jathil yang baik. Seiring dengan berjalan, waktu, kemampuan
menari jathil yang masih awal terus tumbuh dan berkembang. Hampir selama satu tahun mempelajari sebagai penari jathil menumbuhkan
hasil. Hal ini dibuktikan ketika diminta oleh paguyuban lain untuk mendukung sebuah
pementasan.
Berjalanannya waktu job main di luar
desa pun sedikit demi sedikit mulai ada. Hal tersebut membuat semangat melesat
tinggi, bahkan untuk giat belajar juga
semakin tinggi. Sudah barang tentu termotivasi untuk memperbaiki ragam gerak tari
jathil mulai dari pangkur, orek- orek, srampat, langgam, jaipong, dan pakem.
Sewaktu menduduki bangku SMA job
individu dikota juga mulai berdatangan. Hingga saat ini proses berkesenian itu
membuat ada perasaan ikut serta melestarikan budaya ponorogo di luar kota
hingga ke luar provinsi. Dari pengalaman tersebut dapat diambil kesimpulan,
bahwa kita harus berani berproses dan jangan pernah menunda, serta harus berani
mencoba hal baru. Karena rezeki dan pengalaman tidak bisa disangka dan tidak
bisa ditunggu, dan semua tidak ada yang
tidak mungkin selagi ada usaha.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Semangat Seorang Penari Jathil Pada Perkumpulan Reog Panaraga"