Damariotimes. Yogyakarta, 16 Juli 2022. Tim peneliti dari LPPM Universitas Negeri Malang, yang terdiri dari Dr. Robby Hidajat, M. Sn. (Ketua), Dra. EW. Suprihatin DP.,M,Pd. , dan Prof. Hj. Utami Widiati, Ph.D. (anggota), serta dibantu tim pengambil data yang terdiri dari Muhammad ‘Afaf Hasyimy, M. Pd. (Alumni), dan Radika Amalia Setyaningrum (Mhs.) melakukannya seminar dan diskusi tentang produksi Seni Pertunjukan Wisata yang ditampikan oleh salah satu grup bernama Obahing Magersari Manunggal (OMM) 114. Organisasi ini dirikan pada 4 November 1973, pendirinya 4 orang, 1) L. Danis Subrata, 2) Nanang Munandar, 3) RM Nursalyanto, 4) Sudiro Utomo. Dengan anggota masyarakat di Kampung Magersari. Anggota OMM 144 secara kontinu sekitar 40-50 orang. Tentunya grup Sendratari ini memiliki potensi tersendiri.
Wawancara dengan RR. Senik Nasarati: sekretatis OMM 114 (foto ist.) |
Keunikan dari kelompok ini adalah diorganisir oleh kelompok pemuda dikampung ndalem Kaneman Yogyakarta.
Kelompok yang terdiri oleh kawula muda di kampung Magersari ini memiliki komitmen kuat melanjutkan tingkat estafet dari para pendahulunya, demikian tandas Ananta Al Farissi Fadila S. (23 th.) yang menjabat ketua sejak tahun 2010.
Potensi kawula muda di Kampung Magersari ini sangat besar, utamanya dibidang seni tari. Mereka sejak usia dini telah digiring oleh orang tuanya mempelajari seni tari. Mengingat di Pendopo Kaneman ini memang ada latihan rutin seni tari gaya Yogya yang sudah populer, yaitu pamulangan beksa Siswa Among Beksa. Sungguhpun organisasi tersebut tidak terkait langsung dengan sanggar tari gaya Yogyakarta.
Radenrara Senik Nasarati (23 th.) memaparkan tentang organisasi OMM 114 ini berperan serta menggerakkan Potensi Kawula Muda, utamanya bagi mereka yang berbakat.
OMM 114 ini didukung oleh warga, dan juga para seniman di lingkungan RT di ndalem Kaneman. Berbagai aktivitas sosial selalu ditangani bersama, baik urusan sosial, keagamaan, dan juga kesenian.
Dr. Robby Hidajat, M.Sn. bersama narasumber OMM 114 (Foto ist.) |
Warga kampung yang mayoritas memiliki kekerabatan dengan para pangeran di istana Kasultanan Yogyakarta itu memiliki dukungan dari sisi aktivitas sosial, sehingga kawula muda dapat tersalurkan bakat dan aspirasinya. Terlebih jika pada bulan Agustus, keterlibatan Ibu-Ibu PKK yang menangani perkulineran, bapak-bapak yang merancang berbagai aktifitas kerja bakti, dan secara khusus acara kesenian pasti tidak terlewatkan. Demikianlah aktivitas OMM 114 di Kampung Magersari.
OMM 114 & Sendratari Ramayana Prambanan
Titis Nurmalita Murtiyati (23 th.) yang menjabat sebagai bendahara menjelaskan tentang proses produksi sendratari Ramayana Prambanan. Lakon yang ditampilkan mengikuti permintaan dari general manajer Panggung Terbuka Prambanan. Tokoh-tokoh dicasting berdasarkan kemampuan teknik dan produksi tubuh yang professional. Dalam menentukan itu dibicarakan oleh 4 orang sebagai tim artistik. Selain daripada itu juga memperhatikan kostum. Salah satu keunikan tampilan ini grup ini adalah gaya Yogyakarta, tampilan gerak tari dan kostum. Pada adegan Jatayu, kostum burung yang mencoba merebut kembali Dewi Sinta dari tangan Rahwana itu adalah kostum burung khas gaya Yogyakarta.
Kostum yang dimiliki senantiasa dirawat, bahkan diremajakan. Salah satu kostum yang dipandang unik dan membutuhkan koordinasi adalah kostum api. Mengingat kostum tersebut memang terkesan seperti api. Namun jika koordinasi dengan penari gagal, dapat dipastikan akan mempengaruhi keartistikan penampilan.
Sebagai akhir pemaparan dari para narasumber yang masih belia itu, benar-benar terpancar semangat sebagai penyaji Sendratari Ramayana gaya Yogyakarta yang unik dan konsisten dalam mempertahankan ke gaya Yogya-annya.
Editor: Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Obahing Magersari Manunggal 114 (OMM114) Kawula Muda tampilkan Sendratari Ramayana Prambanan Gaya Yogyakarta "