Makalah di Sajikan Pada Seminar dan Sarasehan
Peningkatan Mutu Berkesenian Berbasis Tontonan dan Tuntunan
Para Narasumber Senubar (Foto Ist.) |
Maka
yang dimaksud dengan sen sebagai ‘tuntunan’ dapat dikupas lagi secara praktis,
yaitu tuntunan yang membuat orang mampu mempelajari segala sesuatu yang telah
dilakukan seniman pada masanya. Dengan demikian, tidak hanya tuntunan itu
dimaknai terlalu jauh yang berisi tentang nilai-nilai filosofis. Sungguhpun
tidak menolak adanya nilai yang terkandung dalam seni pertunjukan, baik
sederhana atau sangat mendalam, bahwa nilai filosofis itu memang ada, bahkan
semua seniman yang dalam penghayatan kehidupan berkeseniannya benar-benar mampu
mengupas secara mendalam, sehingga seni itu dimaknai sebagi ngelmu. Hal
ini yang secara terhubung adanya pemahaman, bahwa ngelmu iku kelakone kanti
laku, laku ne kas nyantosani. Jika seniman muda yakin, bahwa apa yang
dilakukan oleh seniman-seniman tradisional itu menjadi ‘pengetahuan’ dan akan
dapat membuat orang muda lebih mampu bertahan di masa yang akan datang.
Pengalaman
para leluhur seni pertunjukan tradisional di Malang, atau Jawa Timur yang telah
dijadikan referensi, tampaknya pengalaman mereka berkesenian tidak sia-sia,
sungguhpun dalam hal materi tidak serta merta menjadi orang yang cukup untuk
membiayai hidup. Bisa jadi kondisi mereka memang jauh dari kondisi yang layak.
Namun filsafat dari pohon pisang mungkin berlaku, untuk menumbuhkan tunas-tunas
baru, pohon pisang yang telah berbuah akan mati, atau bait puisi Diponegoro
karya Chairil Anwar: Sekali berarti sesudah itu mati.
Seni
tradisional tidak hanya dipandang memiliki isi yang dapat digunakan sebagai
pelajaran, namun senimannya juga penting didudukan sebagai sumber belajar.
Mereka merupakan contoh tauladan baik untuk dapat menjalankan hidup yang baik.
Sehingga dapat disetarakan, bahwa seniman itu adalah contoh hidup yang baik.
Jika
semuanya yakin, bahwa tuntuan itu adalah referensi, ketauladanan, atau contoh
yang baik bagi hidup. Maka seni dan seniman (satu kesatuan) merupakan sebuah
cara untuk dapat hidup di masa depan dengan baik. Maka etika moral menjadi
seorang seniman adalah sebuah tuntunan untuk mencapai hidup di masa depan
secara baik. Karena kehidupan yang akan datang hanya ‘kebaikan’ saja yang
benar-benar dapat membantu mewujudkan kehidupan yang dicita-citakan oleh semua
umat manusia, yaitu kesempurnaan.
Editor : Marsam Hidayat
Posting Komentar untuk "MENYIKAPI KEMBALI SENI PERTUNJUKAN SEBAGAI ‘TUNTUAN’ DAN ‘TONTONAN’ (Part 1)"