Damariotimes. Seusai menjalankan tugas di ISI Denpasar. Seksi acara; Joni Agung Sudarmanto, S.Sn, M.Ds. dan Agnisa Maulani Wisesa, S.Sn, M.A. merasa lega. Karena target utama sudah dapat terlaksana dengan lancar. Berikutnya perjalanan rombongan dihandel oleh kapten armada Wahana Tour & Travel menuju ke desa wisata terunik dan terbersih se dunia, yaitu desa Penglipuran. Tour guide. Pakde (I Made Mandra) menjelaskan asal usul desa Penglipuran dengan santai sambil bercanda ala tour guide, tentunya semua rombongan sangat paham.
Desa
Penglipuran memiliki sejarah yang unik, I Made Mandra menjelaskan asal usul
masyarakat di desa tersebut. hingga terbangunnya pemukiman yang unik dan
memiliki adat istiadat yang telah berjalan berabad-abad. Salah satunya adalah
arsitektur rumah adat, sistem sosial yang tidak terdapat laki-laki yang
berpoligami, dan juga desa ini tidak ada warga yang mengendarai sepeda motor.
Damariotimes sempat mengulik perihal poligami di desa Penglimpuran sambil minum
cappucino hangat bersama Pakde. Bahkan Dr. Ponimin, M.Sn. juga menyimak sambil
minum loloh cempem di warung dekat tanah kosong yang disediakan untuk wanita
yang bersedia dimadu. Tempat itu masih kosong, sebagai bukti wanita di desa Penglipuran
tidak ada yang pernah dimadu.Sesi foto bersama di depan Pure Gedhe Penglipuran (foto Ist.)
Sambil menapaki tangga naik menuju
Utama Mandala, Pakde melajutkan penjelasannya tentang pemukiman yang berbukit
itu. Desa Penglipuran memiliki sistem ruang sosial yang bertingkat yaitu
terdiri dari 1) utama Mandala, 2) madya Mandala, dan 3) nista Mandala. Selain
dari pada itu di desa ini dikenal produk minuman tradisional yang disebut loloh
cemceman, yaitu terbuat dari ramuan dari bahan daun cemceman. Daun ini juga
berfungsi untuk melunakan daging.
Rombongan
benar-benar menikmati keindahan dan kebersihan desa Penglipuran. Tour guide; I
Made Mandra yang akrab dipanggil Pakde itu benar-benar bersemangat memberikan
penjelasan tentang historis dan sosiologis masyarakat desa adat Penglipuran.
Rombongan
juga tidak melewatkan berfoto dengan masyarakat, bahkan berbincang-bincang
santai mencuri ilmu tradisi masyarakat desa yang polos dan bersahaja. Utamanya
yang menjadi topik perbincangan adalah dapur tradisional dan loloh cemcem,
karena ramuan untuk bahan minuman tradisional ini hanya dapat tumbuh di desa Penglipuran.
Penglipuran memang merupakan
lingkungan desa yang unik, jalan berundak sangat menarik untuk objek berfoto,
hanya sayang padatnya orang-lalu Lalang menjadi mereka yang ingin mengabadikan
diri seringkali harus menghentikan perjalanan bagi wisatawan yang lain, tapi
mungkin disitu kenikmatan dan keasikan mengunjungi desa tersebut.
Pemandangan
wisatawan tersebut dinikmati oleh rombongan dosen-dosen DSD FS UM. Kampung
tradisional yang mulai bergeliat setelah dilanda pandemi covid-19 hampir dua
tahun. Ketika rombongan DSD FS UM tempat tersebut tampak ramai dikunjungi oleh
wisatawan domestik yang datang dari berbagai kota di Indonesia.
Dr. Ike Ratnawati, M.Pd. dan Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si. menikmati suasana di Desa Penglipuran (foto ist.) |
Seusai melakukan observasi di Desa Penglipuran
rombongan melanjutkan perjalan ke Jimbaran, yaitu bersantap malam di Aroma
Resto Jimbaran. Menu makan malam di tempat ini adalah seafood. Setiap
orang mendapatkan hidangan berupa kelapa muda, satu ikan bakar, tiga kerang,
tiga udang, dan potongan cumi-cumi serta plencing kangkung.
Para dosen DSD FS UM mengambil
tempat beberapa deret, secara tidak mereka sadari berkelompok menurut level
generasi, senior tampak asik berbincang menceritakan beberapa kali pernah singgah
di tempat ini, dan yang junior sibuk berfoto selfie dan mengirimkan gambar pada
keluarga di rumah. Suasana yang semula tenang, mendadak terdengar pengamen yang
melantunkan musik dijajaran ibu-ibu bersantap. Suasana mulai riuh, bahkan
beberapa orang mulai mengikuti lantunan penyanyi pengamen terasa agak canggung
menghempas tepak kendangnya, namun ketika suara riuh ibu-ibu. Lantunan musik
pengamen menjadi semakin bersemangat, terlebih ketika pengamen diarahkan
dijajaran bangku bapak-bapak. Wajah pengamen tampak lega, tentunya semua akan
memberikan saweran.
Makan
malam di tepi pantai malam itu sungguh sangat mengesankan, selain dapat
menikmati ikan segar juga dihibur oleh pengamen dengan lagu-lagu yang dapat
membuat beberapa peserta berjoged gembira. Crew armada dan tour guide Wahana
tour & travel menyaksikan dengan senyum-senyum tertahan menyaksikan
rombongannya menikmati suasana yang menghibur.
Kegembiraan para dosen DSD FS UM berjoged bersama di Jimbaran (Foto ist.) |
Di tengah kemeriahan itu, Ketua
Departeman DSD; Dr. Wida Rahayuningtyas, M.Pd. tampak menikmati dan merasa
senang. Karena suasana seperti ini dapat mengobati rasa penat selama bertugas
di kampus.
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Benchmarking Departemen Seni dan Desain (DSD) UM ke Desa Wisata Penglipuran Bali bersama Wahana Tour & Travel (part 3)"