Damariotimes. Bulan Ramadhan, masa puasa bagi umat muslim sudah akan berakhir. Hal ini tentunya juga berpengaruh pada pedagang takjil. Munculnya pedagang takjil di berbagai kota bagaikan jamur di musim hujan. Berbagai jajanan dan makanan untuk berbuka puasa dan juga untuk makan sahur demikian semarak.
Suasana Pasar Takjil di Kidul Pasar Malang Jawa Timur (Foto Ist.) |
Ada 40%
pedagang takjil itu muncul dari usaha musiman, selebihnya adalah pedagang
professional yang beralih menjadi pedagang takjil. Karena warung atau lapak
jualan mereka tidak lagi beroprasional pada siang hari.
Kondisi
ini tentunya menjadi hal yang sangat menungtungkan, utamanya pedagang musiman
mendapatkan peluang. Hanya saja para pedagang musiman ini tidak berlanjut
menjadi pedagang professional. Mereka lebih memilih kembali menjadi pekerja di
berbagai sektor yang mungkin tidak ada hubungannya dengan usaha penjualan
kuliner. Selain itu terdapat juga mahaiswa yang mengadu untung menjual minuman
dingin, atau jajanan modern ala-alat jepang.
Pedagang takjil di Jl. Surabaya Malang, depan Universitas Negeri Malang (UM) (Foto Ist.) |
Sungguhpun bulan puasa menjadi peluang, namun tidak cukup dapat mempertahankan dan atau meningkatkan usaha. Karena peningkaran penjualan kuliner pada bulan puasa tidak dapat dicari di bulan-bulan yang lain. Sehingga omset penjualan mereka akan membali, oleh karena itu kesempatan peningkatan omset penjualan di bulan puasa menjadi viarian perekonomian. Sementara di bulan-bulan yang lain adalah pendapatan asli yang dapat mereka peroleh.
Bagi
pedagang dadakan hal ini juga menjadi varian pekerjaan, sementara di
bulan-bulan yang lain tidak mendapatkan peluang usaha. Di bulan puasa ini ada
kesempatan untuk menjalankan usaha. Sehingga dalam berbagai aktivitas
perekonomian rakyat, faktor waktu mampu menciptakan varian perekonomian rakyat,
sungguhpun tidak dapat dilakukan di bulan-bulan yang lain.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Pedagang Takjil dan Varitas Perekonomian Masyarakat"