Damariotimes. Menurut babad Madura yang ditulis pada abad XIX, Topeng Dalang (Topeng Deleng) pertama kali dikembangkan pada abad ke-15 di Desa Proppo, kerajaan Jambwaringin, Pamekasan. Pada masa pemerintahan Prabu Menak Senaya (Bouvier, 2002: 121).
Tokoh-tokoh yang ada pada Lakon Mahabarata (Sumber:Budayamadura.blog.com/files/2008/08). |
Topeng pada mulanya sebagai budaya yang dianggap
paling tua di Madura. Topeng pada masa lalu dipergunakan oleh para
penganut kepercayaan animesme. Topeng
seringkali sangat terkait dengan adanya kejadian atau peristiwa ketika masyarakat
mengalami sesuatu yang mengkhawatirkan, misalnya ketika terjadinya bencana alam
ataupun tersebarnya wabah penyakit. Pada masa itu topeng digunakan sebagai
media untuk berhubungan dengan alam ghaib, dengan para penguasa alam lain,
dengan roh-roh nenek moyang. Pementasan Topeng pada zaman itu dimaksudkan agar
mampu berdamai sekaligus mengusir roh-roh jahat yang mengganggu kehidupan
mereka.
Perkembangan topeng sebagai seni pertunjukan, pada
mulanya dipicu oleh hubungan Madura dengan kerajaan Majapahit. Hal ini tidak
dapat dipungkiri, bahwa Topeng Dalang
Madura merupakan kelanjutan dari seni pertunjukan topeng dari kerajaan Majapahit. Namun dalam
perkembangannya, topeng di Madura menempuh jalan sendiri,
khususnya ketika lebih menempatkan repoertoar dari lakon Mahabarata, dan
memposisikan Prabu Baladewa atau Mandura dianggap sebagai nenek moyang mereka.
Menurut Pigeaud, pertunjukan topeng Madura dimasukkan dari Jawa (1938: 149),
tepatnya dari Jawa Timur dan Pesisir bagian timur (1938:412). Penulis itu juga
melakukan berbagai perbandingan antara seni topeng di Madura dan di Sunda.
Sebagai seni rakyat yang kuno dan kemungkinan besar seni ritual, pertunjukan
topeng dikembangkan sebagai seni keraton berdasarkan repertoar dan perangkat
wayang Jawa, pertama-tama berdasarkan wayang gedog, lalu wayang kulit. Pada abad ke-17 ( Bouvier, [1994 ] Terj.
Rahayu S. Hidayat (dkk). 2002,119).
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Topeng Madura dan Mitos Tokoh Baladewa (Bagian 1)"