Damariotimes. Setelah abad XV, pusat pemerintahan kerajaan Majapahit pindah ke Jawa Tengah seiring dengan perkembangan agama Islam. Maka pengaruh budaya islam juga memberikan pengaruh besar pada masyarakat di Madura. Unsur-unsur cerita yang dipentaskan, banyak menyelipkan penjabaran nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai moral, nilai filosofi yang berlandaskan ajaran Islam. bentuk-bentuk penggarapan topeng pun mulai dihubungkan dengan hasil modifikasi topeng yang dirancang pada era para wali, terutama dalam hal kesederhanannya, tetapi mitos tengang raja Baladewa yang diangap nenek moyang orang Madura juga masih diyakini oleh masyarakat. Sunarto Timoer menjelaskan asal usul Topeng Dalang Madura sebagai berikut:Berbeda dengan daerah Malang dan sekitarnya yang merupakan daerah pedalaman yang terisolasi, Madura adalah daerah pulau yang terbuka bagi pengaruh dari luar. Berkembangnya agama Islam di daerah pesisiran utara Jawa Timur yang sudah mulai sejak priode Majapahit akhir, pengaruh besar terhadap kehidupan sosial budaya dan kepercayaan masyarakat Madura. Sebagai besar masyarakat Madura telah beralih memeluk agama baru itu, bahkan para adipatinya yang memerintah di Madura kemudian pun telah masuk agama Islam pula, diawali oleh Pangeran Secadiningrat III (-Jaka Thole), yang memegang pemerintahan di Sumenep 1415-1460.
Wayang Topeng Madura (Sumber: pulaumadura.com)
Oleh golongan agama yang baru ini,
segala macam kesenian yang berbau kehidupan ditabukan. Juga pada awal kerajaan
Islam di Jawa tengah setelah runtuhnya hegemoni Majapahit, para pemimpin Negara
dan pemuka agama Islam telah berminat untuk memelihara kehidupan kesenian.
Mereka lebih aktif dalam lapangan
politik dan da’wah untuk memasyarakatkan
agama Islam daripada lapangan-lapangan kemasyarakatan lainnya. Inilah sebabnya mengapa kesenian topeng dan
wayang kulit di Madura mengalami
kemunduran yang pesat, dan akhirnya sempat
tenggelam dari permukaan kehidupan masyarakat. Baru setelah
tampilnya Sunan Kalijaga sebagai salah
seorang orang dari sembilan Wali’ullah (Wali Sanga) di akhir abad XV awal abad
XVI, keadaan menjadi berubah.
Sunan Kalijaga adalah seorang
pemuka Islam yang sangat berpengaruh. Sebagai seorang kelahiran pribumi, putra Ki Tumenggung
Wilatika,
Cara kerja sang Wali yang unit di
masa itu sangat menarik dan mendapatkan sembutan yang baik dari masyarakat.
Dengan demikian kesenian wayang kutilt yang semula diharamkan orang, lantas
timbul lagi, bahkan mendaptkan penyempurnaan-penyempurnaan yang tidak kepalang
tanggung. Dalam kesempatan itu, cepat atau lambat, kesenian topeng pun bangkit
kembali, di Jawa bagian tengan, bagian timur, dan tentunya juga di Madura.
Inilah barangkali yang catat oleh B. Soelarto sebagai permulaan dikenalnya
Topeng Dhalang sebagai jenis teater
topeng oleh masyarakat Madura (abad XV-XVI), yang sebenarnya adalah
kebangkitannya kembali setelah cukup lama tertidur dengan lelapnya. Beberapa
lama? Mengingat orang sudah tidak tahu lagi, bahwa kesenian topeng pernah ada
sebelumnya, dapat kiranya kita perkirakan paling tidak dua generasi atau satu
abad, kalau dihitung sejak permerintahan Pangeran Secaadiningrat II (Jaka
thole) awal abad XV. Atau bahkan sangat
boleh jadi lebih awal lagi, sebab proses islamisasi di berbagai daerah
Jawa Timur tidak dimulai dari kalangan keraton (raja maupun bangsawan lainnya),
melainkan dari lapisan rakyat di bawah di daerah pesisiran, termasuk pulau
Madura. Rombongan missi Islam pertama yang datang di Jawa Timur adalah dipimpin
oleh Maulana Malik Ibrahim, yang seterusnya bermukim di Gersik sampai wafatnya
pada tahun 1419 Masehi.
Kesenian topeng yang dibawa oleh
Adipati Wiraraja dari Singasari ke Madura (Sumenep) tahun 1270-an itu niscaya
dari jenis yang hidup dikalangan istana, jadi kesenian kerajaan. Hal ini adalah
wajar, karena Wiraraja semula adalah
seorang pembesar kerajaan Singasari bernama Arya Banyak Wide, yang sangat dekat
dengan raja Kertanegara.Dengan situasi di Madura yang relative cepat mengalami
proses islamisasi, terutama di kalangan rakyat, sampatlah kesenian keraton berkembang
meluas menjadi kesenian rakyat?. Hal ini tidak dapat diketahui dengan pasti,
karena kurangnya data-data. Tetapi yang jelas, pada waktu sekarang ini terdapat
dua jenis kesenian topeng di Madura, yaitu Topeng Dhalang dan Topeng Patengten.
Topeng Dhalang Madura membawakan lakon Mahabarata dan Ramayana
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Topeng Madura dan Mitos Tokoh Baladewa (Bagian 2)"