Damariotimes - Ajar Kala melanjutkan perjalanan mencari orang tuanya ke arah timur, di tengah perjalanan. Ajar Kala sudah sangat kesal. Ketika ada sebuah batu besar. Ajar Kala lalu menendang batu itu hingga pecah jadi dua. Batu itu kemudian dikenal oleh masyarakat di sebelah timur Malang, khususnya di daerah Ngercopada dengan sebutan selo mertangkep.
Di tengah perjalanan, Ajar Kala
ditangkah oleh Dewa Wisnu. Taring Ajar
Kala dipatah oleh Wisnu. Ajar Kala
yang telah diikat lalu di masukan ke kawah candradimuka. Bahkan semua senjata
para dewa dimasukan ke dalam kawah, agar tubuh Ajar Kala semakin cepat di musnahkan. Perkiraan Wisnu ternyata
gagal, Ajar Kala menjadi bertambah
besar dan perkasa. Semua dewa di tempat itu lari tunggang langgang. Bahkan Dewa
Wisnu dikejar-kejar. Dewa Wisnu melarikan diri ke kayangan dan menemui
Sanghyang Manikmaya. Di tengah pengerjaran Dewa Wisnu. Ajar Kala bertemu dengan Narada. Semua riwayat Ajar Kala
diceritakan. Ajar Kala ingin bergegas menemui ayahnya. Tapi, Narada mencegah.
Ajar Kala sebelum menghadap pada Sanghyang Manikmaya terlebih dahulu diberi
busana kadewatan dan sepatu. Sesaat kemudian, Ajar Kala menjumpai Sanghyang
Manikmaya dan meminta nama serta makanan. Karena Ajar Kala termasuk keturunan
dewata, dia diberinama Batara Kala.
Sanghyang Maknikmaya juga memberikan sejumlah makanan, makanan yang akan
disantap terlebih dahulu harus disembelih menggunakan pusaka yang disebut
Bedama. Senjata itu berasal dari taringnya yang dicabut oleh Dewa Wisnu.
Sanghyang Manikmaya juga mempertemukan pada ibunya, Bethari Uma. Batara Kala (Sumber https://aisnusantara.or.id/2018/02/05/menafsirkan)
Bathari Uma juga memberikan sejumlah
makanan, diantaranya adalah orang yang berjalan sendiri pada tengah hari, orang
yang jatuh dari gendongan, mematahkan
pipisan (penggiling obot), orang yang
menanak nasi dan dandangnya terjatuh. Sanip menjelaskan. Meruwat orang yang menjatuhkan penanak nasi itu sangat berat. Bahkan
syarat untuk melakukan ritualnya juga membutuhkan persiapan yang tidak
sederhana.
Makanan yang diberikan oleh Batari
Uma sangat banyak, sehingga membuat Sanghyang Manikmaya marah. Bahkan istrinya
dikutuk menjadi raksesi yang disebut Batari Durga. Dalam Wayang Topeng dikenal
dengan nama Wadhal Werdhi.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Ruwatan Murwakala (Bagian 3)"