Damariotimes - Pada suatu saat, Sanghyang Manikmaya melihat awan yang gelap disebelah Barat daya. Sesampainya di sana terdapat seorang pertapa di daerah Kedung Cingkrang. Pertapa itu ditanya tidak menjawab, kemudian ditendang. Keduanya terlibat dalam pertempuran yang sengit, hingga berakhir pada kekalahan pertapa yang mengaku ingin jadi raja kayangan. Keinginan itu kemudian dikabulkan dengan memberi jabawan sebagai patih dan diberi nama Sanghyang Narada.
Dalang ruwatan (sumber https://www.cendananews.com/2019/09/ruwatan-murwakala)
Sanghyang Manikmaya tidak kembali ke
Kayangan, berikutnya melanjutkan meneruskan perjalanan ke Pulau Bali. Di Pulau
yang sangat indah itu ternyata dikuasai seekor lembu yang bernama Andini. Waktu itu, Lembu Andini bermaksud akan
menyerang Kayangan. Dia bercita-cita ingin menjadi raja dewa. Manikmaya juga
terlibat dalam pertempuran, akhirnya Lembu Andini dapat dikalahkan. Manikmaya
memberi kesempatan pada Lembu Andini untuk bersama-sama memerintah Kayangan,
yaitu menjadi tunggangan Manikmaya.
Lakaon yang panjang itu tidak banyak
dilakukan oleh pada dalang-dalang sekarang, karena harus dimulai selepas solat isyak. Jika penyajian hanya
difokuskan pada lahirnya Batara Kala.
Penyajian ritual ruwatan dapat
dimulai sekitar pukul 10 malam.
Setelah para tamu beramah tamah
seusai gending giro, ki dalang
membuka pegelaran pada saat Sanghyang Makmaya dan Batari Uma (perwujudan dari
Batrara Umar) mengendarai Lembu Andini mengitari jagad raya. Ketika
diperjalanan, Sanghyang Manikmaya birahinya mendadak bangkit dan tidak dapat
ditahan. Tiba-tiba sperma Sanghyang Manikmaya jatuh dan dihempas ulur-ulur hingga ke laut selatan. Sperma
Sanghyang Manikmaya jatuh di tengah samudra dan ditelan oleh kan. Sperma yang
berada dalam perut ikan ganga itu terus berkembang, bahkan semakin membesar dan
bersinar-sinar. Selain itu, pengaruhi dari sperma dalam perut ikan itu ternyata
mempengaruhi stabilitas jagad raya dan juga kayangan.
Narada yang berada di kayangan
merasa risau, kemudian mengumpulkan semua para dewa pergi ke segara kidul.
Mereka diperintahkan untuk menenangkan gejolak yang ada di dalamnya.
Sesampainya di sana, huru-hara yang ada di dalam samudra itu kian menjadi-jadi.
Para dewa bertindak melemparkan berbagai senjata dan pusaka. Namun, semakin
bergejolak. Bahkan tiba-tiba muncul seorang raksasa dan mengalahkan para dewa.
Raksasa itu kemudian memburu para
dewa, ketika di jalan. Dia berhenti di suatu tempat. Dia bingung, karena
raksasa itu tidak tahu siapa dirinya. Ketika ada tunggak (sisa batang pohon yang bekas dipotong). Tunggak itu ditentang hingga terbongkar.
Tidak lama kemudian, kemudian ada perwujudan yang marah. Lalu memaki-maki
raksasa itu. dan mengumpatnya dengan sebutan Kala Kurang Ajar. Raksasa itu menjadi gembira, karena dia mulai
punya nama yaitu Ajar Kala.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Ruwatan Murwakala (Bagian 2)"