DAMARIOTIMES - Bagi pengendara sepeda motor
maupun mobil pasti tidak asing lagi dengan pedagang asongan dan pengamen, di
pertempatan jalan. Mereka yang rela berpanasan mengadu untung untuk menghaapkan
recehan dari para pengendara mobil atau motor yang berhenti di pertempatan
jalan raya. Berbagai macam pengamen yang ada di jalanan, salah pengamen musik kroncong yang biasanya ada di jalan
Malioboro, anak punk yang mengamen hanya dengan tepuk tangan, penari jalanan atau
topeng badut yang biasanya berada di perempatan jalan ketika lampu tanda
lalulintas merah, tanda berhenti.
Badut lucu yang diperankan oleh seorang yang
mengoles wajahnya dengan body painting warna putih, hidung merah besar, dan
berpakaian besar. Kostum yang besar menutupi tubuh agar terlihat gemuk dan lucu.
Penari topeng badut itu memakai wig berwarna mencolok contohnya warna merah,
orange, hijau dan kuning. Topeng Badut Jalanan (Foto ist.)
Namun seiring dengan berjalannya waktu dan perkebangan
zaman, maka adanya perubahan kostum, yang awalnya hanya menggunakan baju apa
adanya sekarang berubah menjadi kostum yang menyerupai hewan, seperti
kostum doraemon, spongebob, hewan
kelinci, aau hewa beruang. Tampak lucu dan menggemaskan. Kadang anak-anak yang diboceng
orang tuanya melihat dengan penuh kegembiraan. Terlebih jika ada anak-anak yang
berada di dalam mobil, mereka juga ikut melambai-lambaikan tangan.
Topeng badut sering kali digunakan sebagai
penghibur anak kecil diacara ulangtahun, grand oppening, tasyakuran, atau
acara hiburan untuk memeriahkan suatu
perayaan. Tetapi diera pandemi Covid-19 ini sudah jarang ada acara ulangtahun,
tasyakuran yang dirayakan. Artinya para seniman topeng badut akan mengalami kesulitan
untuk mencari nafkah. Akhirnya ada bebeapa seniman yang harus nekat berprovesi
sebagai badut jalanan yang mengharapkan belas kasihan dari para pengendara
motor atau mobil yang sedang berhenti di perempatan jalan.
Para seniman topeng batut tersebut adalah salah
satu seniman yang terhimpit kebutuhan ekonomi. Mereka sangat sulit untuk
mencari alternatif mencari nafkah, sehingga memutar otak agar bisa memenuhi kebutuhan
ekonomi, yaitu dengan cara mengamen
disekitar pertempatan jalan lampu merah.
Kondisi ini mungkin bagi sebagian pengedara tampak
mengganggu, namun lain halnya jika kita mulai merenungi nasib mereka.
Penderitaan hidup di kota besar seperti di Malang ini, tentu para seniman
topeng batut menjadi sedikit menghibur, karena keuniknya, sesekali sangat
menghibur, sungguhpun para seniman itu mungkin terasa sedih meratapi hidupnya.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Topeng Badut Jalanan"