DAMARIOTIMES - Agama Hindu merupakan salah satu agama di Indonesia yang diakui secara hukum dan ditetapkan sebagai agama resmi oleh pemerintah. Agama Hindu dianut oleh masyarakat Indonesia dari berbagai wilayah dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Meskipun latar belakang umat Hindu yang berbeda beda tetapi untuk pelaksanaan upacara keagamaan tetap pada haluan yang sama bersumber dari Kitab suci Weda. Karena agama Hindu tidak terlepas dari Upacara dan Tattwa atau filsafat agama dari setiap Upacara agama yang dialaksanakan.
Penampilan Tari Nata Mudra Karana saat Upacara Jalanidhi Puja di Pantai Balekambang (Foto ist.)
Salah satu upacara agama
Hindu yang dilaksanakan setiap setahun sekali adalah upacara Jalanidhi Puja
yang digelar menjelang perayaan hari raya nyepi, yaitu sebagai tujuan untuk
menyucikan Bhuwana Agung atau alam semesta dan Bhuwana Alit atau alam kecil
yaitu manusia itu sendiri. Penyucian ini ditujukan agar alam semesta seimbang
dan dharma atau kebenaran senantiasa dijalankan oleh umat Hindu.
Upacara Jalanidhi Puja
wajib dilaksanakan pada tempat tempat air seperti laut ,danau,sumber mata
air,patirtan dan waduk serta sungai.Tempat Air tersebut dimaknai sebagai simbol
pembersihan dan penyucian serta peleburan kekotoran jiwa dan alam kedalam air.
Upacara Jalanidhi Puja yang dilaksanakan di Pantai Balekambang Kecamatan Bantur
oleh umat Hindu Kabupaten Malang agak berbeda dengan upacara Jalanidhi Puja
oleh umat Hindu di daerah lain Kabupaten Malang.
Pada
upacara Jalanidhi puja di pantai Balekambang selain dilaksanakan
persembahyangan secara Bersama dan pelarungan Jolen atau pesembaham kepada alam
berupa hasil bumi. Upacara Jalanidhi Puja di Pantai Balekambang dilakukan pementasan
tari yang disakralakan, yakni tari Nata
Mudra Karana yang ditampilkan sekali dalam setahun. Tarian ini disakralkan oleh
umat Hindu kabupaten malang yang ikut serta dalam upacara Jalanidhi puja di pantai
Balekambang. Tarian ini memiliki keunikan yang beragam mulai dari bentuk
penyajiannya hingga makna spiritualnya.
Tari
Nata Mudra Karana ditampilkan oleh sembilan penari perempuan yang masih suci
dan dalam keadaan bersih saat menari yakni tidak sedang mestruasi. Sembilan
penari ini melambangkan sembilan penjuru arah mata angin dengan dewa yang
menguasai masing masing penjuru. Sehingga formasi tarianya tidak banyak berubah
yakni setiap penari menempati posisi sesuai dengan arah yang disimbolkan pada penari.
Penggunaan kostum yang berwarna warni yakni menyesuiakan warna suci yang
dimiliki oleh setiap penjuru mata angin dengan masing masing dewa penguasa.
Gerak tari ini mengambil dari gerak gerak tari malangan yang dipadukan dengan
gerakan suci yang disebut Mudra. Gerak Mudra merupakan gerak suci yang
dilakukan melalui gerak tangan penari,gerak mudra diambail dari gerak tangan
Pandita atau Sulinggih saat melaksanakan awal pemujaan yakni melaksanakan gerak
Mudra sebagai penyucian sebelum melaksanakan pemujaan. Gerak Mudra tidak boleh
dilakukan oleh sembarang orang keduali Sulinggih.
Iringan tari ini
menggunakan gending malangan sebagai bentuk ciri khasnya. Tarian ini hanya
ditampilkan di pantai Balekambang Kabupaten Malang dan tidak pernah ditampilkan
di luar pantai Balekambang Kabupaten Malang.
Makna
spiritual yang terkandung dalam tari Nata Mudra Karana ini adalah tarian ini
ditampilkan sembilan penari sebagai penghormatan kepada Dewata Nawa Sanga yang
menguasai penjuru mata angin. Dewata Nawa Sanga tersebut diantarnya :
- Shang
Hyang Sambhu penguasa arah Timur disimbolkan dengan warna putih
- Shang
Hyang Iswara penguasa arah Timur Laut disimbolkan dengan warna merah muda
- Shang
Hyang Maheswara penguasa arah Tenggara disimbolkan dengan warna Abu abu
- Shang
Hyang Brahma penguasa arah Selatan yang disimbolkan warna Merah
- Shang
Hyang Sangkara penguasa Barat Laut yang disimbolkan warna Jingga
- Shang
Hyang Mahadewa penguasa arah Barat yang disimbolkan warna Kuning
- Shang
Hyang Rudra penguasa arah Barat Daya disimbolkan warna Hijau
- Shang
Hyang Wisnu penguasa arah Utara disimbolkan warna hitam
- Shang Hyang Siwa penguasa arah Tengah atau pusat
penjuru disimbolkan warna brumbun atau pancawarna.
Itulah sembilan Dewata
beserta arah mata anagin,dari setiap warna kostum yang dikenakan oleh penari
mewakili arah dan dewatanya,juga dengan posisi penari disesuaikan dengan simbol
warna dewata pada sembilan arah mataangin.
Tari Nata Mudra Karana
memiliki makna penyucian atau Sudhamala yakni tarian yang disimbolkan untuk
menyucikan alam semesta melalui gerak sucinya. Sehingga ketika umat hindu
melaksanakan Brata Penyepian dapat terpusat pada Tuhan dan terhindar dari
godaan duniawi. Kemudian saat pementasan tari Nata Mudra Karana di ikuti dengan
lantunan doa dari Sulinggih atau orang suci yang mempimpin jalannya upacara
Jalanidhi puja. Doa tersebut mengandung unsur pengehormatan kepada Yang Kuasa
dan memohon anugrah kesucian kepada alam semesta berikut dengan penghuni alam
semesta.
Tari Nata Mudra Karana
ditampilkan pada awal upacara dimulai setelah iring iringan jolen atau
persembahan. Jadi tari Nata Mudra Karana ini wajib ditampilkan pada saat
Upacara Jalanidhi Puja karena memilik makna spiritual.
Editor : R. Hidajat
Posting Komentar untuk " Tari Nata Mudra Karana Pada Upacara Jalanidhi Puja Oleh Umat Hindu di Pantai Balekambang"