DAMARIOTIMES - Perlu kiranya memahami fungsi tari dalam pendidikan sehingga dalam proses pembelajarannya, guru dapat memahami benar tentang materi pembelajaran seni tari untuk anak-anak.
Pembelajaran tari anak; membawa perasaan anak menjadi gembira (foto ist.) |
1.
Seni Tari sebagai Media Pengenalan
Fungsi Mekanisasi Tubuh
Perekembangan
siswa (anak-anak) diperlukan pengenalan tentang fungsi mekanisasi tubuh (sadar akan ruang diri) sehingga siswa tidak merasa asing akan
anggota tubuhnya, seperti kaki, tangan, kepala, dan persendiannya. Dalam
perkembangan aspek biologis anak-anak diperlukan cara-cara yang secara sadar dapat
mengenali perubahan-perubahan organ tubuh anak-anak, bahkan hingga pada bagian yang
sensitif sekalipun.
2.
Seni
Tari sebagai Media Pembentukan Tubuh (forming body)
Seni tari memungkinkan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara
wajar. Pengaktifan diri terhadap sistem
mekanisme ragawi dan juga stamina dimungkinkan agar anak-anak mengalami
pertumbuhan yang wajar. Anak-anak yang mempunyai kebiasaan buruk, seperti jalan
pengkang, jalan bengkok, jalan dengan perut didorong ke depan, menunjuk atau
menengadah serta beberapa cara berdiri tertentu akan dapat dikontrol dan
dilatih, bahkan secara simultan dengan
pengetrapan teknik tari, sehingga anak-anak dapat mengalami pertumbuhan badan
(fisik) yang wajar.
3. Seni Tari sebagai Media Sosialisasi Diri
Seni tari tidak baik apabila diajarkan secara individual, karena tidak akan mencapai hasil yang
bermanfaat bagi pertumbuhan sosial anak-anak.
Maka yang paling baik adalah mengajarkan seni tari secara klasikal, artinya akan terjdi sebuah
proses kebersamaan, menumbuhkan sikap tenggang rasa, memahami peran, dan bertanggung jawab, sehingga anak dapat
membawa diri dalam pergaulan (empan papan),
misalnya anak tidak merasa mindir (rendah diri) atau tinggi hati (sombong).
Mereka dapat menyadari benar tentang
peranannya, bahkan dapat juga menjadi sangat sadar tentang keterlibatan mereka dalam kelompok. Dengan demikian, maka pengertian
tari dalam kerangka pendidikan bukan dititikberatkan pada “seni”, tetapi lebih
dititikberatkan pada nilai-nilai sosial dengan aplikasi pemaknaan pada proses
bermain.
Pengajaran seni tari bukan semata-mata pada kegiatan proses
kreatif, akan tetapi tari anak-anak lebih menekankan pada proses “bermain” Karena
bermain dapat menumbuhkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak-anak. Sehingga anak tidak hanya memiliki kecerdasarn dalam pengertian
intelektualitasnya saja, akan tetapi
juga memiliki sejumlah kecerdasan lain yang dapat dikembangkan, m isalnya
kecerdasan emosional, dan kecerdasan kinetik. Tubuh yang terlatih pada tataran
tertentu memiliki kepekaan ruang dan juga waktu, sehingga sensitifitas ruang
dan waktu dapat mengendalikan tenaga. Dalam hal ini dapat diartikan juga bahwa
kontrol emosioan dalam diri anak-anak secara beransur-angsur mendapa pembinaan.
4.
Seni
Tari sebagai Media Pengenalan Prinsip Pengetahuan Ilmu Pasti-Alam.
Secara mendasar, ilmu alam didasarkan
pada dua hal, yaitu nilai “ruang” dan “waktu”. Keberadaan sebuah
benda menuntut adanya ruang untuk menempatkan dirinya, sementara untuk
mempertahankan masa bendanya dibutuhkan waktu dengan satuan tertentu. Nilai ruang menjadi semakin
kongkrit jika ada ukuran, berat, isi,
dan bangun-bangun tertentu. Manusia, bahkan hewan sekalipun mempunyai kerangka ruang
tertentu yang tunduk pada hukum-hukum alamiah. Sementara waktu mempunyai kodrat
yang bersifat matematis dan
siklus. Sifat waktu yang matematis selalu tunduk pada konvensi “tanda
awal” dan “tanda akhir” serta derajat
kelipatannya. Sementara sifat waktu yang siklus
seperti keadaan cuaca, misalnya cerah, panas atau dingin, pagi atau petang. Sifat
waktu siklus tidak tunduk pada konvensi, sehinga anak dengan sadar dapat
mengetahui kapan hari panas, kapan hari akan hujan, atau hari telah gelap, dan
sebagainya. Melalui kegiatan menari dimungkinkan membentuk kesadaran anak-anak
pada kerangka tentang realitas dan sekaligus non realias, maka adanya
pengajaran seni tari diharapkan dapat membuat siswa memiliki sensitivitas terhadap realitas, misalnya
benda dapat terapung, atau melayang, ada unggas yang terbang, mamalia yang melata, atau atom-atom yang
memiliki mobilitas yang berbeda-beda. Secara analigis dan bahkan metavoris
realitas tersebut dapat diekspresikan melalui seni tari.
5.
Seni
Tari sebagai Media Menumbuhkan Kepribadian
Banyak orang yang dianugrahi kecantikan atau ketampanan, kekayaaan atau kepandaian,
tetapi seringkali terhambat oleh perasaan rendah diri (minder) atau tidak yakin akan apa yang dimilikinya sehingga
tidak mampu untuk mengembangkan potensi pribadinya. Hal ini banyak terjadi pada
anak-anak yang mengalami beban psikis
akibat adanya tuntutan dari orang tua, guru, dan lingkungan yang menyebabkan
pertumbuhan psikologis anak-anak menjadi
terganggu. Seni tari sebagai kegiatan sosial menempatkan individu dalam
kerangka kebersamaan, atau dalam kerangka pribadi yang mandiri. Anak-anak
selalu ditunut mampu mengontrol dirinya, tetapi juga mampu bekerja sama sengan
orang lain. Maka keyakinan akan kemampuan pribadi, dan ketergantungan pada
orang lain dapat dibina secara simultan.
6.
Seni
Tari sebagai Media Pengenalan Karakteristik (perawatakan)
Manusia
sebenarnya memiliki bakat duplikasi, yaitu menirukan sejumlah perwatakan, mulai
dari karakteristik manusia, hewan, maupun sifat-sifat benda tertentu. Peniruan
ini merupakan sebuah makna yang dalam dari sebuah pernyataan diri atau yang
biasa disebut sebagai kualitas pemahaman karakteristik imitatif. Bayi tubuh
menjadi besar adalah ditentukan oleh kemampuan meniru, maka seni tari yang di
dalamnya terkait dengan aspek imitasi menjadi sebuah media yang memberikan
kesadaran berkelanjutan pada anak-anak, bahwa meniru adalah sebuah cara
belajar, cara memahami sesuatu di luar dirinya.
7.
Seni Tari sebagai Media Komunikasi
Anak-anak seringkali sulit untuk menyatakan
apa yang ada dalam hatinya. Kadang mereka ingin membagi sesuatu yang dari apa
yang dialaminya; dia rasakan sesuatu yang bergejolak dalam hati atau sebuah
ilusi yang selalu berkecamuk dalam pikirannya. Sesuatu itu kadang menjadi terhambat, sebab anak-anak tidak cukup
media untuk menyatakannya. Seni tari memberikan peluang kepada anak-anak untuk dapat
menyatakan kegembiraan atau perasaan yang dialaminya melalui bahasa ragawi. Bahasa
ragawi dapat mengomunikasikan gagasan-gagasan budaya, nilai-nilai dan tema-tema
pada cerita-cerita yang bersifat naratif atau dramatik. Di samping itu, seni
tari juga dapat mengomunikasikan segenap rasa (perasaan) dalam batin.
Seni tari sebagai media komunikasi dapat
juga dibedakan menjadu dua jenis, yaitu sebagai media menyatakan gagasan non
verbal dan menyatakan gagasan estetik.
a.
Seni
Tari Sebagai Media Menyatakan Gagasan Non Verbal.
Banyak anak yang mengalami
kesulitan untuk mengemukakan gagasan
secara lisan, tulisan ataupun melalui pernyataan ragawi. Hal ini terjadi karena
mereka tidak terbiasa untuk
mengkomulasikan sejumlah unsur-unsur persepsinya menjadi sebuah ide. Seni tari
kemungkinan dari tarap imajinasi
mengembangkan imitasi dan kemampuan imitasi (menirukan), sehingga
gagasan dari sebuah pengamatan dapat disampaikan kepada orang lain, terutama dengan
kemampuan non verbalnya.
b. Seni
Tari sebagai Media Kominikasi Estetik.
Nilai-nilai keindahan dalam setiap seni mengomunikasikan rasa yang berbeda-beda. Saat kita bermaksud
mengomunikasikan objek kuda, misalnya. Objek kuda yang tertuang dalam sebuah
lukisan merupakan suatu bentuk komunikasi visual. Sementara itu, objek kuda yang
dituangkan pada sebuah tairan merupakan suatu bentuk komunikasi kinestetik (rasa gerak). Artinya, setiap
perubahan gerak akan memberikan sentuhan nilai-nilai yang tidak sekedar figuratif
yang dapat ditangkap oleh mata, tetapi juga memberikan pengalaman rasa gerak
bagi penari, dan pengalaman imajinatif bagi penontonnya.
8.
Seni
Tari Sebagai Media Pemahaman Nilai Budaya.
Upaya agar siswa dapat mengenali nilai
budaya tidak cukup hanya dengan membaca atau diberi penjelasan, saja tetapi
mereka juga dimungkinkan untuk dapat berpartisipasi dengan cara berperan aktif
untuk merasakan secara fisikal atau melalui
empatinya. Dengan demikian, gerak sembah yang ada pada tari Jawa, dapat
dirasakan atau dihayati maknanya, misalnya sebagai tradisi sungkeman atau ngebekten
(menunjukan rasa hormat pada orang tua).
Sudah barang tentu
penenalan nilai budaya dalam seni tari juga dimungkinkan dapat mengaplikasikan ke
dalam etika yang berkembang dalam masyarakat, seperti cara duduk, cara berdiri,
berjalan, menghormati orang lain dan lain sebagainnya.
Sejumlah
fungsi tari tersebut di atas dapat dirangkum menjadi sebuah pernyataan yang
lebih sederhana, yaitu seni tari berfungsi sebagai media yang dapat
menyadarkan, membentuk, dan mengenalkan sejumlah realitas kehidupan pada
anak-anak dalam rentang masa pertumbuhannya.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Tahukah Tentang Fungsi Tari Anak-Anak"