Petruk dan Begawan Putut Sido Langu; Karakteristik penyajian yang berusaha lebih komunikatif (Foto ist.) |
Pelaksanaan pembangunan proyek
pertamanan itu dimulai tahun 1899. Sebagai tempat hiburan dan obyek wisata,
sungguhpun belum dikelola secara profesional. Kebon Raja (Sriwedari). Pada
mulanya diselenggarakan kegiatan latihan Wayang Orang anak-anak, disebut Wayang Alit (wayang kecil). Kegiatan belajar menari
Wayang Orang itu cukup lama, hingga tahun 1928. Hingga
beberapa kali pementasan, bahkan juga diikuti dengan pagelaran Wayang Orang
yang disajikan oleh orang desawa. Pertama kali digelar pada tahun 1930-an.
Taman Sriwedari pada
awalnya dikelola oleh Kasunanan Surakarta. Begitupula urusan latihan Wayang Orang. Namun pada tahun 1930 segala
urusan kesenian itu dilimpahkan pada Pemerintah Daerah Kotamadya Surakarta.
Hingga dibangunnya gedung permanen seperti pada saat ini.
Ide awal menyelengarakan Wayang Orang di
Taman Hiburan Sriwedari atas perintah Sunan Paku Buwana X, pada tahun 1912.
Pementasan dipimpin oleh Raden Mekor,
seorang abdi dalem Kraton Kasunanan Surakarta. Sutradaranya adalah Sastrodenojo.
Waktu itu pemainnya ataralain adalah Sastrasabda, Wisarabda, pemain yang populer
adalah R.M. Wignjahambeksa atau R.M. Suradja. Pada waktu itu memerankan tokoh sebagai Cakil.
Beliau sangat dikagumi Sunan Paku Buwana X.
Pada tahun 1928 sampai 1930 dilaksanakan pembangunan
gedung permanen dan diambil oleh
pemerintah Daerah Kotamadya, daerah TK II Surakarta melalui Dinas Pendidikan.
Gedung pertunjukan terletak di sebelah barat laut lokasi Taman Hiburan
Pada
tahun-tahun sebelum kemerdekaan RI, Wayang Orang Sriwedari merupakan kiblat
dari perkumpulan Wayang Orang yang tersebar di seluruh pulau Jawa, karena hal
tersebut masyarakat Surakarta amat fanatik sekali terhadap Wayang Orang
Sriwedari, dan jika ada perkumpulan Wayang Orang yang tampil di Surakarta, maka akan dibandingkan dengan kebolehan
Wayang Orang Sriwedari.
Karena
ketenarannya itu Wayang Orang Sriwedari banyak
dikenal masyarakat sampai ke pelosok, bahkan hingga luar negeri. Suatu
masa yang cukup penting, masuknya penari terkenal Rusman di tahun 1942. Waktu
pertama kali masuk di tahun tersebut beliau masih dalam taraf belajar, tetapi
tak disangka, kemajuannya demikian pesatnya di bidang seni tari, khususnya pada
seni pertunjukan Wayang Orang.
Di
tahun 1943, masuk penari Krisna yang
cukup terkenal waktu itu, yaitu dikenal Tjiptawibaksa, bersama beliau juga
masuk pasangan penari Rusman, yaitu Darsi atau Pudjorini. Pasangan itu abadi menjadi suami istri, kedua pasangan legendaries
itu amat terkenal dalam membawakan Gatutkaca Gandrung, Rusman sebagai Gatutkaca
dan Darsi sebagai Pergiwa. Dalam lakon Abimanyu Krama.
Periode
tahun 1945-1965. Masa ini merupakan generasi kedua dari Wayang Orang Sriwedari.
Bahkan menjadi masa kejayaan Wayang Orang Sriwedari. Seni pertunjukan kelasik
itu mampu menyerap banyak penonton, tidak saja masyarakat Jawa, tetapi juga
amat disukai oleh orang-orang Tionghoa dan bangsa-bangsa lainnya yang tinggal
di dalam dan di luar negeri.
Tahun
1965 di mana Wayang Orang Sriwedari masih dalam masa kejayaannya. Untuk periode
ini disebut juga dengan periode generasi ketiga. Hal ini didasarkan karena
banyaknya pergantian pemain (anggota) baik masuk ataupun ke luar. Masa ketiga
ini juga disebut sebagai masa peningkatan dan masa pertumbuhan dari generasi
ketiga. Maka lebih tepat masa ini kalau disebut dengan masa-masa transisi alih
generasi. Namun untuk dapat melihat lebih teliti alangkah baiknya kalau periode
dalam angkatan ketiga ini dibagi menjadi dua bagian masa, yaitu:
Periode peningkatan, merupakan
masa potensial dari generasi kedua, diantaranya Rusman, Surono, Darsi,
Tjiptowibaksa dan lain-lain. Masa potensial dari generasi kedua ini, yaitu suatu masa dimana para
anggota angkatan tersebut telah mencapai pengalaman pentas yang sempurna.
Hingga diantara mereka mencapai reputasi internasional, dalam hal ini juga nama
Sriwedari.
Pada festival Wayang Orang
seluruh Indonesia yang pertama di Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1967, Rusman
terpilih sebagai pemeran penari putra terbaik, dan penampilan pelawak (dagelan)
terbaik adalah Surono (Ronowibaksa). Dalam festival itu dewan juri menyatakan Wayang
Orang yang terbaik penampilannya adalah Wayang Orang Sriwedarai dari Surakarta.
Festival Wayang Orang yang pertama itu diselenggarakan mulai tanggal 21
September 1967 di Jakarta. Pada waktu itu yang memegang kepala urusan Sriwedari
adalah. Mulyadi, sedang pimpinan panggung atau seksi pertunjukannya adalah
Tohiran Sastrakusuma.
Tapi menjelang akhir tahun 70-an
perekonomian negara kita semakin sulit, terlebih dipertengahan tahun 70-an
sebuah kudeta yang merenggut korban tidak sedikit, tragedi politik sekitar tahun 1965 yang sangat menampar kehidupan sosial, budaya, dan juga politik.
Dunia teater rakyat di seluruh pelosok tanah air juga mengalami kondisi yang memprehatinkan, tentunya wayang Orang Sriwedari tak luput dari musibah itu.
Menjelang tahun 1980-an, kondisi
Wayang Orang Sriwedari masih bertahan cukup baik, hal ini dikarenakan oleh
aktor-aktornya masih menjadi idola penonton. Namun ketika Rusman dan Darsi
meninggal dan pemain senior sudah tidak lagi mampu tampil. Berangsur-anggur
pementasan menjadi sepi. Sungguhpun fasilitas gedung, utamanya fasilitas lampu
dan tatasuara. Bahkan juga dilengkapi LCD untuk memandu penonton memahami jalan
cerita. Peralatan itu kini dianggap sangat memadai untuk penyajian dramatari
tradisional itu. Peralatan itu mendapat bantuan hibah dari pemerintah Jepang.
Editor : Marsam Hidajat
Posting Komentar untuk "Wayang Wong Seriwedari Surakarta: Riwayatmu Dulu"