Panji (foto ist.) |
DAMARIOTIEMS - Varian lakon Panji di Indonesia, baik nama pelaku
maupun peristiwa, misalnya nama kekasih yang pertama Panji adalah Martalangu
dalam Panji Semirang dan Sri dalam Jayakusuma, atau peristiwa kekasis pertama Panji dibunuh oleh
ibu Panji dalam Panji Semirang, oleh
algojo dalam Ken Tambuhan, dan bunuh
diri dalam Angran-Akung, disebabkan
peryebaran lakon Panji ke berbagai tempat di luar pulau Jawa, atau balikan di
Jawa sendiri, lebih banyak bersifat lisan.
Lakon Panji menandai
popularitasnya di lingkungan masyarakat Indonesia, sekaligus telah menempatkan
posisinya sebagai salah satu jenis lakon yang selalu menjadi bahan repertoar seni pertunjukan. Sejumlah sarjana
telah membuat kajian yang mendalam terhadapnya, yaitu: Rassers, Berg, Ras, dan
Poerbotjaraka. Bahkan di Jawa Timur menjadi areal penelitian intensif dari
Lydia Kieven. Sehingga di Jawa Timur tergerak menggali budaya Panji.
Dalam De Pandji Roman, Rassers menguraikan panjang lebar asal-usul lakon Panji
dengan mengaitkan dengan mitos bulan dan matahari. Mitos ini tidak terlalu
terkenal, karena fokus spiritual agraris lebih besar pada mitos kesuburan.
Mitos bulan dan matahari itu membayangkan
susunan struktur masyarakat zaman purba. Pada masa itu masyarakat Jawa terbagai
menjadi dua golongan dan yang diceritakan dalam lakonPanji tidak lain dari pada
kehidupan dan prilaku nenek moyang kedua golongan itu.
Sementara, Breg berpendapat lakon
Panji terjadi di sekitar tahun 1277, masa Pamelayu sampai kira-kira tahun 1400,
yaitu abad ke-13 di Jawa Timur; sedangkan persebaran lakon Panji adalah zaman
keemasan Majapahit, sebagai akibat dari politik ekspansi Jawa.
Berdasarkan garis besar lakon seperti
sudah dikemukakan di atas, sementara itu, Ras berpendapat lakon Panji adalah
suatu lakon perkawinan. Itulah sebabnya mengapa dalam banyak lakonPanji,
misalnya Hikayat Cekel Wasningpati,
penggambaran Raden Inu dan Candrakirana selalu dipentaskan ketika upacara perkewinan.
Raden Inu dan Candrakirana berlangsung. Dengan menganggap putra
Kahuripan sebagai titisan Wisnu, putra Daha sebagai Dwi Sri, lakonini menjadi lambing
alegoris penyatuan dan perkawinan Wisnu dengan Dewi Sri.
Ras mencermati lakon Panji berperanan
sosial dalam masyarakat etnik di Indonesia. Lakon Panji dipertunjukkan pada
upacara perkawinan raja dari abad ke-12 hingga abad ke-14. oleh karena lakon Panji
bervariasi, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Dikarenakan Ras yang menjelaskan, putra dan putri Jawa
selalu dikirim ke luar negeri untuk menikah dengan keluarga raja yang bersahabat
dengan raja-raja di Jawa.
Dalam rombongan seni pertunjukan yang dikirim ke luar negeri (daerah) dapat
pastikan ada seorang dalang dan alat perlengkapannya untuk pertunjukan wayang gedhog. Lakon Panji dalam berbagai
bentuk disalin ke dalam berbagai bahasa,
misalnya bahsa Melayu, atau Bali.
lakon Panji selalu menyebut adanya perkawinan putri negeri Daha, dengan
calon suaminya dari Kahuripan. Oleh
karena itu, Daha dan kahuripan selalu dipakai sebagai nama tempat yang
ada di daerah Kalimantan, Bali, Lombok, atau di Sumatra. Hal ini tentunya ada
persebaran lakon Panji di Nusantara.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Tahukan Tentang Varian Lakon Panji Di Indonesia"