Tahukan Anda Tentang Tari Remo Pada Seni Pertunjukan Ludruk di Jawa Timur?

Marsam Hidajat menari Remo (Foto Marsam Hidajat)
             Damariotimes. Th. Pigeaud (th 1938) dan Clifford Geertz (th 1989) menjelaskan, bahwa tari Remo menjadi bagian integral dari seni pertunjukan ludruk.. Seni pertunjukan ludruk di Jawa Timur semula timbul sebagai seni pertunjukan barangan (ngamen), yang pertamakali dirintis oleh Pak Santik; seorang petani miskin dari Desa Ceweng, Kec. Goda, Kab. Jombang.

Ide ludruk sebagai bentuk  pertunjukan, tidak mempunyai latar belakang yang jelas, tampaknya semata-mata hanya untuk menambah penghasilan, di samping bertani. Karena itulah, ludruk yang pertama kali ada, visualisasinya sangat sederhana. Pemainnya hanya tiga orang, di samping pak Santik ada dua orang lagi yang berperan sebagai pengendang dan sebagai Wedokan (pemain pria yang berperan sebagai wanita). Pertunjukan trio tersebut merupakan ciri yang khas dari bentuk ngamen atau barangan (mbarang).

Pertunjukan barangan yang dilakukan pak Santik dan kawan-kawan kemudian dikenal sebagai Lerok. Istilah ini diturunkan dari kata Lorek (belang-belang). Sebutan itu dikarenakan Pak santik jika berdandan (make-up) wajah pemainnya dengan bedak beras yang jika dioleskan pada wajah menjadi tidak rata betul warna putihnya, sehingga tampak belang-belang atau lorek. Istilah ini butuh ditelusuri lebih jauh, karena istilah lerok sangat khas dan tidak ada istilah-istilah lain yang dapat dikaitkan dan dapat memberikan pengertian.

Pada tahun 1915-an, pertunjukan barangan versi pak Santik juga berkembang di daerah lain, salah satunya di Malang. Pendirinya adalah Pak Mardjo, warga Desa Sanggrahan - Sengguruh, Kec. Kepanjen, Kab. Malang. Sebelum menjadi warga desa tersebut, beliau berasal dari Kabupaten Jombang. Lerok didirikan pak Mardjo oleh masyarakat Malang dikenal dengan Lerok Srudin; karena tokoh utamanya adalah pak Srudin. Adapun kawan main sebagai pelawak adalah pak Semprong dan pak Pohon. (Chattam AR wawancara tgl. 20 Agustus 1995). Disamping lerok Srudin, di Kec. Tumpang ada juga pertunjukan lerok dengan tokoh pelawaknya yang terkenal, yaitu Tarno dan Samut. Kedua tokoh tersebut sangat populer hingga lerok berkembang menjadi ludruk.

Keberadaan Lerok Srudin dan lerok-lerok lainnya di Malang dibenarkan oleh Rasimoen, seorang bekas wedokan atau Tandak. Lebih lanjut beliau menjelaskan, pertunjukan lerok di Malang memang masih sederhana. Instrumen musik yang digunakan disamping kendang, terdapat pula saron dan gong (Guci). Ciri utama pertunjukan lerok adalah Joged (Tari), Tembang (Lagu), Lawakan (Komedi) dan lakon (Cerita). (wawancara dengan Rasimoen Tgl. 24 Agustus 1995). Ciri tersebut adalah ciri yang khas dari teater tradisional atau teater tutur (teater lisan) yang banyak berkembang dilingkungan masyarakat agraris.

Pertunjukan lain yang dianggap sebagai cikal bakal Ludruk adalah Besud; pertunjukan ini memiliki kemiripan dengan Lerok, tetapi memiliki model penyajian yang berbeda, yaitu terletak pada tokoh sentralnya yang bernama: Besud. Besud memiliki penampilan yang khas, yaitu pria yang menggunakan sembong putih (Kain putih yang diikat sebatas dada, dan memakai topi ala Aladin (topi Turki) berwarna merah. Rajit, seorang pemain ludruk tiga jaman, menegaskan bahwa Besud merupakan sebuah pertunjukan lerok  yang telah mencapai bentuknya yang khas, artinya pertunjukan lerok yang mulai menemukan ciri khasnya. Karena tokoh Besud yang menjadi tokoh sentralnya, maka masyarakat menyebut pertunjukan itu dengan: Besudan.

Pada pertunjukan Lerok dan Besud, yang menjadi daya tarik utama disamping lawakan (komedi) adalah Joged (tarian). Tari yang berkembang dalam seni pertunjukan tersebut memiliki ciri maskulin, karena menggambarkan tokoh bajak laut yang dikenal dengan Brajak. Di samping itu, pola gerakan yang sajikan memang masih bersifat improvitatif, penonjolan yang cukup penting selalu diiringi oleh bunyi kendang yang ritmis.

Dilihat dari karakteristik dan pola gerakan tari Brajak, pada umumnya tokoh-tokoh penari remo pada seni pertunjukan ludruk di Malang percaya bahwa, tari Remo dilahirkan dari tari Brajak. Hanya saja pada tahun 40-an, gerakan tari Brajak juga dipengaruhi oleh gerakan-gerakan wayang orang, terutama motif gerakan Kiprahan dan Gandrungan.

 


Penulis            : R. Hidajat
Editor              : Marsam Hidayat

Posting Komentar untuk "Tahukan Anda Tentang Tari Remo Pada Seni Pertunjukan Ludruk di Jawa Timur?"