Proses pembuatan topeng malangan (foto Bayu Pratama) |
DAMARIOTIMES - Topeng Malang adalah penutup
wajah penari pada seni pertunjukan wayang topeng. Wayang topeng ini merupakan tradisi asli Malang. penyajiannya dimainkan
oleh orang yang wajahnya ditutup menggunakan topeng dengan berbagai karakter
dalam lakon Panji. Lakon wayang topeng
di Malang berkaitan erat dengan cerita bersumber dari Kerajaan Jenggala dan
Kediri.
Seni pertunjukan topeng ini diperkirakan sudah ada pada abad
ke-8 Masehi, yaitu terkait dengan masa pemerintahan Raja Gajayana, karena
diasumsikan pada waktu itu sudah ada ‘penari’ yang disebut badut. Buktinya
dapat disaksikan adanya peninggalan candi Badut di daerah Karang Besuki
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Topeng Malang mempunyai ciri khas yang sangat
menonjol, yaitu karakteristik ukiran, dan juga bentuk raut topengnya, selain
dari pada itu juga pewarnaannya. Warna topeng Malang memiliki makna simbolik,
seperti warna merah, putih, kuning, hijau, hitam yang masing-masing memiliki
makna seperti keberanian, kesucian, kesenangan, kedamaian, dan
kebijaksanaan.
Pertunjukkan Topeng Malang ini sendiri sudah
terkenal dan tersebar hingga ke berbagai daerah, tak hanya di kawasan Malang
raya, tapi sudah ke mancanegara. Pertunjukkan Topeng Malang ini dilakukan
secara berkelompok dengan diiringi musik gamelan berlaras pelog. Lakon yang
ditampilkan juga bermacam-macam, semuanya bersumber pada lakon Panji.
Pertunjukkan Topeng Malang ini terhenti pada
saat Pandemi Covid-19 di Indonesia. Keberadaan Covid-19 yang menyerang
Indonesia membuat para seniman, penari, wiyaga, dan juga sinden tidak bisa
berkutik. Karena harus mematuhi peraturan pemerintah tentang PPKM Darurat.
Pandemi Covid-19 membuat perekonomian pekerja seninya menjadi kehilangan
penghasilan, tidak terkecuali para perajin topeng, seperti Bayu Pratama dan
kelompoknya.
Hal yang dirasakan dan dialami oleh Bayu Pratama,
seorang pengukir topeng Malang yang lahir di Malang pada tanggal 27 Oktober
1995. Bayu, demikian panggilan sehari-hari yang beralamat di Jln. Prajurit
Slamet No 111 Rt 017 Rw 004 Desa Kedungmonggo Kecamatan Pakisaji Kabupaten
Malang. salah satu dari sekian banyak perajin di Dusun Kedungmonggo.
Profesi Bayu sebagai penabuh gamelan dan juga
pengukir topeng Malang versi Kedungmonggo berasal dari warisan leluhurnya.
Kepandaiannya mengukir topeng Malang telah menghasilkan berbagai jenis topeng,
seperti Panji Asmoro Bangun, Bapang, Dewi Sekartaji, Gunung Sari, Dewi Ragil
Kuning, dan Klana Sewandana.
Bayu menceritakan, bahwa Pandemi Covid-19 ini
membuatnya dan juga pengukir topeng di Desa Kedungmonggo kehilangan penghasilan.
Sebelum pendemi Covid-19 banyak pessanana topeng dari berbagai daerah, utamanya
pesanana dari mahasiswa yang kuliah perguruan tinggi seni tari. Bayu dan
kelompok pengukir di Kedungmonggo sudah mendapatkan pesanan 400 topeng, tapi mendadak dibatalkan ketika
pendemi Covid-19 melanda Indonesia.
Sungguhpun demikian, semangat Bayu dan kelompoknya tidak pupus pada saat
itu, bahkan semakin semangat untuk membuat topeng sebanyak-banyaknya. Bayu
yakin jika pendemi Covid-19 ini segera berlalu, tentu topeng-topeng itu akan terjual kembali.
Ternyata asumsi Bayu benar. Ratusan Topeng pada
bulan Desember 2021 habis terjual. Saat ini Bayu sedang membuat puluhan pesanan
topeng dari Mahasiswa seni tari dari salah satu kampus ternama di Kota Malang.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Pesanan Ratusan Topeng Dibatalkan Saat Pandemi Covid-19, Tak Membuat Bayu Kehilangan Semangat Terus Berkaya"