Mamang (25 th.) salah satu perajin muda di Pamekasan Madura (Foto Ist.) |
Perangkat
musik Ul Daul yang terdiri dari Kelnang/Saron, bas sak, bas air,
Tung-tung, kenung, gong trantam. Jika
ditabuh secara rancak musik ini sangat meriah, dan khas sebagai musik carnival.
Pada umumnya musik ini diarak keliling dengan berbagai jenis ritme yang meriah,
dan juga ada vocal bersama (koor) yang sangat meriah. Namun dibalik kepopuleran
itu, perajin musik kendang yang menjadi kelengkapan musik Ul Daul kini semakin
langka.
Damariotimes
berkesempatan menjumpai seorang perajin muda, Mank Jaya yang populer dipanggil Mamang.
Usianya masih 25 tahun. Kecintaanya terhadap musik tradisional ini sangat
besar, bahkan kemampuannya membuat kendang benar-benar dikuasi. Mamang
menyadari, bahwa perajin di Pamekasan sudah banyak yang sudah tua. Mereka untuk
mengerjakan kerajian kendang semakin tidak kuat. Maka Mamang yang masih muda
benar-benar berusaha untuk mengembangkan.
Mamang
yang sehari-hari menekuni kerajinan kendang ini beralamat di Jl Soloh Dajah
Murtajih Pamekasan Madura. Banyak pemusik dari berbagia daerah yang datang,
umumnya memesan kendang untuk perlengkapan musik Ul Daul. Mamang mengaku sudah
lupa, berapa banyak kendang yang dibuatnya. Tapi semakin hari, Mamang semakin
bersemangat, karena karyanya dapat digunakan oleh pemusik di berbagai darah.
Para pemusik di daerah
pesisir utara Jawa Timur umumnya memesan kendang yang kokoh ini pada Mamang.
Bahkan beberapa kendang juga dipesan di berbagai pulau, utamanya pada komunitas
pemuda Madura. Musik Ul Daul, semakin hari berkembang untuk memperkuat
identitas keetnikan, karena musik ini memiliki karakter yang bersemangat dan
meriah.
Mamang berpesan pada
Damariotimes. Alat musik kendang yang melengkapi musik Ul Daul yang terus
ditekuni ini diharapkan menjadi bagian dari kreativitas generasi muda. Karena
ini yang dapat disumbangkan untuk mengembangkan kebudayaan Indonesia.
Editor : Marsam Hidajat
Posting Komentar untuk "Perajin Kendang Ul Daul yang Sudah Semakin Langka Di Pamekasan Madura"