Salah satu adegan ludruk modern (foto ist.) |
Pada
mulanya ludruk berasal dari atraksi kekebalan yang disebut Ludrug lerok, yaitu
tumbuh sekitar abad XVII; sebuah demostrasi magis tentang kekebalan yang
dipertunjukan dengan diiringi seruling,
gendang, dan sebuah gong kecil dari perunggu. Pertunjukan ini disebut ludruk bedang. Selama permulan abad ke XX, pertunjukan ini berubah,
berkembang menjadi Ludruk Besutan.
Pemain utama, yaitu besut membuat banyak saji-sajian animistik sebelum
menarikan siklus kehidupan manusia, dari kelahiran lewat percumbuan,
perkawinan, dan perumpamaan perbuatan dewasa sampai kepengetahauan dari diri
pribadi yang terakhir. Sampai tahun 1920-an ludruk besutan adalah seni rakyat
yang dipertunjukan di
Pertunjukan
berlangsung dari pukul 10.00 malam sampai menjelang pagi. Selagi peranan-peranan begitu menggoda,
hanyalah laki-laki para pemainnya. Pada tahun 1930-an beberapa penari aktor
Ludruk Besuatan laki-laki ini mulai mempertunjukan cerita-cerita petualangan
yang dipinjam dari rombongan-rombongan bangsawan Malaya (khususnya berasal dari
Penang) yang berkunjung, pertunjukan komersial itu pada saat-saat tertentu mengadakan
pertunjukan di kota-toka besar di Jawa, termasuk ke
Selama dan setelah perang dunia II,
Ludruk membentuk menjadi romboang-rombongan professional. Mereka menyebut diri
secara sederhana sebagai Ludruk dan mungkin
karena rombongan-rombongan Ketoprak telah
memiliki lebih dahulu repertoar sejarah dan lakon-lakon petualangan,
mulailah Ludruk memanggungkan lakon-lakon yang mengambarkan kehidupan Jawa
modern.
Ludruk sekarang adalah sebuah bentuk
drama ujar yang realistik. Setiap
pertunjukan dimulai dengan sebuah tari
tradisional Ngremo dan nyanyian modern, serta tari-tarian disisipkan di antara
adegan, tetapi kebanyakan lakon adalah komedi domestik kontemporer. Musik
gamelan dipergunakan sebagai latar
belakang atau efek perasaan. Hubungan
utama antara Ludruk sekarang dengan yang lampau adalah bahwa kaum pria
masih memainkan semua peranan. Kehadiran peniruan wanita dalam sebuah kebalikan
bentuk seni pertunjukan realistik adalah satu penyimpangan artistik. Oleh sebab itu penonton di Jawa memandang Ludruk
sebagai sesuatu keanehan seksual.
Pertunjukan-pertunjukan lakon-lakon modern dari Ludruk terutama menarik penonton
muda di kota-kota. Para mahasiswa dan
pemuda pemudi dan para penonton dari segala usia di wilayah-wilayah pedesaan.
Rombongan dengan pemeranan laki-laki semuanya bias menarik dengan sendirinya
perasaan penonton akan hal yang sangat ganjil sehingga beberapa gadis muda
keluar karena adanya dorongan keinginan yang tak sehat, beberapa pria homoseks untuk mencari teman, dan
beberapa pemuda-pemudi dewasa dari kedua jenis kelamin menyaksikan diri mereka
sendiri tentang semua kecerewetan. Rombongan-rombongan terbaik dengan dasar
tidak memainkan perbalikan (trasvestit)
tetapi berdasarkan pada daya tarik cerita dari lakon-lakon mereka dan kemampuan
berakting dari para pemeran untuk menarik penonton.
Di
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Ludruk Seni Pertunjukan Rakyat Jawa Timur Riwayatmu Dulu"