Persiapan Hudusiah membuat sayur di balai secerhana (foto Ist.) |
Kebiasaan setiap pagi Hudusiah
membuka lapak dagangannya di sebuah meja yang dibuat dari bamboo. Lapaknya
terletak di depan rumah yang berada di pinggir jalan. Hudusiah hanya
berjualan setengah hari, bahkan terkadang hanya beberapa jam saja. Karena
pembelinya juga tetangga dan beberapa orang yang kebetulan lewat. Pendapatannya
sehari berkisar antara Rp. 200 sampai Rp. 400 ribu. Penghasilan berdagang itu
diungkapkan oleh Hudusiah “Nggak nentu sih, kadang Rp 200 ribu, Rp.300 ribu,
kalo lagi rame bisa Rp.500 ribu.”
Pagi-pagi buta sebelum
matahari terbit, Hudusiah harus terlebih dahulu pergi ke pasar untuk membeli
sayuran yang akan ia jual nantinya. Ia membeli dalam jumlah besar. Agar
mendapatkan harga miring dari saudagar yang ada di pasar. Tutur Hudisiah
menceritakan bagaimana dia membeli dagangan “Tidak semuanya saya beli banyak,
hanya beberapa saja, yang sering dicari sama ibu-ibu seperti tahu, tempe, ayam,
dan kangkung.”
Rupanya Hudusiah juga
punya kejelian ida untuk menarik para pembeli selain ibu-ibu. Lantaran
tak hanya sayur, Hudusiah juga menjual berbagai cemilan. Hal tersebutlah yang
membuat pendapatan penjualan dagangannya jadi bertambah. “untuk menambah
penghasilan, juga menjual makanan ringan, kerupuk, pentolan, jeli, pokoknya
yang bikin cepat kenyanglah, soalnya di sini banyak anak-anak. Daripada beli
pulsa, voucer wifi, lebih baik beli ini kan kenyang.” Jelas Hudusiah sambil
tertawa.
Selain pedagang sayur,
Hudusiah adalah seorang ibu rumah tangga. Ia harus bertanggung jawab terhadap
suami dan keempat anaknya. Setiap hari sebelum berangkat ke pasar, Ia harus
memastikan kebutuhan suami dan anak-anaknya terpenuhi.
Hudusiah adalah wanita
yang sangat sibuk. Selain berjualan dan memenuhi kewajibannya sebagai ibu rumah
tangga, Ia harus membantu suaminya menggarap sawah milik mereka. “Eeee pokoknya
saya itu sibuk banget, pagi-pagi harus buat sarapan, terus ke pasar, sorenya
bantuin suami di sawah.”
Beruntung Hudusiah
mempunyai Zahra, putri sulungya yang sangat mengerti kesibukan orang tuanya.
Zahra kerap kali membantu ibuya untuk mencuci piring, mencuci baju, memasak,
dan membereskan rumah. ”Saya punya empat anak, satu cowok, tiga cewek, nah anak
saya yang terakhir tuh, Zahra. Dia sering bantu-bantu. Katanya dia tidak ingin
saya capek, lelah, sakit. Makanya dia suka bantu nyuci, masak, beres-beres
rumah.” Ungkap Hudusiah, sambil menapat jauh ke ujung jalan.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Hudusiah Potret Wanita Urban Kota di Desa Wanasaba, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur"