Wiwin menikmati kehidupan yang lumayan sebagai perias kemantin (foto ist.) |
Hidup sebagai tandhak seringkali bukan pilihan, tapi
kondisi dan situasi yang menjadikan dunia itu ditemukan. Bahkan menjadi sangat
bangga ketika mendapat apresiasi dari penontonnya. Namun tidak demikian dalam
kehidupan sehari-hari, jika hal itu dirasakan tentunya akan menderita
selamanya.
Salah seorang dari puluhan tandhak ludruk di Malang
adalah Winardi, lahir tanggal 28 Maret 1965 dari hasil pernikahan Pak Sampun
dan bu Sameni. Tidak banyak diceritakan pada masa kecilnya, namun Wiwin,
demikian sapaan panggung dari Winardi. Seingatnya, saat masa kanak-kanaknya
memang sering diajak nonton ludruk oleh bapaknya. Seperti anak-anak yang lain.
Nonton pertunjukan tentunya merasakan sesuatu yang menyenangkan, berbagai
kehidupan yang tidak pernah dibayangkan.
Pak Sampun, ayah Winardi merupakan pemain
ludruk di era tahun 1950-an seangkatan
dengan Cak Tomblok,
kakak dari Cak Pangkat asal Desa Tunggul Wulung. Ludruk lama yang mungkin sudah tidak dikenal lagi oleh masyarakat zaman
sekarang.
Wiwin kalau sudah tampil sebagai ludruk, orang tidak mengenali kalau dia laki-laki (foto Ist.) |
Perestasi wiwin sebagai pemain wedhokan,
seringkali memerankan Rahayu dalam lakon Selor Lancuran Mergosono. Selama menjadi pemain ludruk sangat mengidolakan Madekur, salah satu tandhak ludruk yang terkenal era tahun 1970
an, Madekur adalah penari Remo Malang
sezaman dengan Pak Kadam, Cak
Denan, Mu’ at dan Slamet Nety.
Suka duka telah di
rasakan sebagai pemain ludruk,
Wiwin merasa sedih, ketika Nggedong,/ Nobong
ludruk sepi karena hujan. Terlebih seperti hujan deras yang mengakibatkan
banjir bandang seperti sekarang ini dialami oleh saudara-saudara kita di Batu
Malang, tanggal 4 Nopember 2021. Jika terjadi semacam itu, sudah dapat
dipastikan ludruk akan tutup total berhari-hari. Seperti
dialami oleh masyarakat umumnya, pemain ludruk juga ikut susah.
Pada
waktu tampil dipanggung ludruk, rasa senang dan bahagia kalau
Job banyak, bisa ngrumpik dengan teman teman dan sangat bahagia ketika Pentas
sukses mendapatkan apresiasi dari
masyarakat.
Wiwin termasuk
tandhak ludruk yang serba bisa, mampu
menari Ngremo / menari Remo dengan baik. Karena tandhak ludruk belum tentu dapat
menari dalam pertunjukan ludruk. Oleh
karena itu, suaranya tentu juga sangat bagus. Karena menari remo di panggung
pertunjukan ludruk harus dapat ngidung.
Wiwin bersama Maestro Tari Komedian Didik Nini Thowok ( Foto Ist.) |
Wiwin merasa
bersyukur bisa jadi tandhak
ludruk, dengan menekuni profesi sebagai tandhak
ludruk, Wiwin bisa ketemu dan kenal Didik Nini Thowok, Cak Kartolo dan bisa pentas
kemana mana, bahkan sebelum masa Pandemi semua Grup ludruk SE Malang Raya
menjadi tempat aktingnya.
Wiwin selalu tampil total, ketika akan tampil sebagai tandkak (foto Ist.) |
Kini
ludruk mulai surut, kehidupan Wiwin memang tidak semegah kehidupan malam di
panggung ludruk. Tapi sisa-sisa kebanggaannya terhadap kejayaan masa lalu itu
masih tercermin di wajahnya ketika merias pelanggangnnya. Demikian ungkapan pemilik
‘Salon Wiwin’ yang berada di Desa
Supit Urang. Winardi
kini memang merasa bahagia juga menekuni berprofesi perias
manten.
Reporter. : Marsam Hidayat
Editor. : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Wiwin Tandhak Ludruk Supit Urang"