Sukardi memperagakan jika jadi tukang gontok (Foto Ist.) |
Orang tua Cak Sukardi berasal dari Desa Undaan Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Ayahnya, adalah salah satu tenaga dekorator dari Ludruk
Putra Bhakti, Anoraga, Wijaya Kusuma Unit II dan Ludruk Persada.
Para juragan ludruk di Malang mengakui, bahwa Kasmani
merupakan tenaga
dekorasi ludruk yang mumpuni, selain ahli menata panggung, juga
bisa membuat Patung, lakon Sahabat Bilal, yaitu biasanya membuat arca Ya
Humal. Meskipun Pak Kasmani jadi
tukang dekor juga mampu jadi pemain. Waktu itu
zaman jaya-jayanya
Ludruk Wijaya Kusuma Unit II. Setiap Lakon Sawunggaling yang dapuk Jendral Belanda
mesti Pak Kasmani.
Keahlian pak Kasmani sebagai pakarnya dekorasi ludruk
sekarang dilanjutkan oleh anaknya yang nomor dua yaitu Sukardi yang biasa
dipanggil Cak Kardi. Keahlian itu benar-benar menurun, seperti pepatah
buah jatuh tidak jauh dari pohonnnya.
Sukardi mulai ngludruk
Tahun 1979, ketika ayah dan ibunya berada di ludruk
Wijaya Kusuma Unit II. Keluarga
Pak Kasmani waktu nggedong ludruk memang
jarang pulang ke Desa Undaan, dikarenakan Mak Rukayah (istri Kasmani) buka
Warung di area gedongan ludruk,
layaknya Kantin Ludruk. Warung itu memang secara khusus melayani
warganya sendiri (pemain ludruk).
Ketika pak Kasmani masih hidup,
Kardi sudah membantu bapaknya
menata artistik Panggung ludruk, mulai ludruk Wijaya Kusuma Unit II sampai
Ludruk Persada. Pada waktu itu, Pak Kasmani
dibantu Supardi, Nandar, Liono, dan
Mat Noor.
Bermula dari itu Kardi secara tidak
disadari sudah belajar menata panggung. Karena panggung
ludruk setiap malam harus berubah
sesuai tema cerita yang ditampilkan.
Kardi santai di rumahnya ( foto ist. ) |
Cak Kardi ketika ditemui
Damariotimes di rumahnya, Desa Undaan Kecamatan Turen Kabupaten
Malang. Cak Kardi banyak
menceritakan pengalaman hidupnya selama terjun di dunia per ludrukan.
Statusnya sebagai tukang dekor atau penata
artistik dalam pertunjukan ludruk banyak membentuk sebagai orang yang teliti, dan kreatif. Sungguhpun,
Sukardi hanya sebagai anggota ludruk serba bisa, karena mau belajar dan mendengar penonton. Karena penonton itu yang
membayar, maka harus mendapatkan penyajian yang mereka merasa puas, dan puas.
Ketrampilan yang dikuasai dalam hal tata teknik pentas
meliputi, menata
panggung, nggambar/melukis pemandangan, atau
kelir ludruk, membuat patung atau arca, Persis
sama dengan kemampuan ayahnya.
Pada waktu tertentu ludruk membutuhkan orang yang trampil
membuat patung, utamanya ketika Lakon Sahabat Bilal, membuat Bango dan Yuyu Kangkang lakon Ande Ande lumut, membuat Bongpay
dan air hujan yang terbuat dari plastik di gunting kecil kecil, kalau kena
sorot lampu persis Air hujan, Lakon Sampek Engtay, Bahkan mencari dekor
panggung yang alami, maka juga menyiapkan tumbuh-tumbuhan, seperti pisang, atau
ranting-ranting kayu agar panggung benar-benar natural.
Namun jika ludruk kekurangan
pemain, Cak Kardi juga ikut main, bahkan di gedongan
ludruk Wijaya Kusuma, Pimpinan Cak Jamil (alm),
Cak Kardi juga sering sebagai Sutradara. Jangan terkejut, untuk ukuran penata artistik sekelas Cak Kardi itu; berapa
honorarium yang di terima satu kali pementasan?.
Sebagaimana ukuran pemain
serba bisa seperti cak Kardi, ternyata tidak seimbang dengan pekerjaan yang
begitu nguras tenaga dan pikiran, dia hanya menerima Rp. 200.000,
- 300.000,
bayangkan dia bekerja sebelum pemain datang sampai pemain ludruk yang lain
sudah pulang nyampai rumahnya masing-masing, cak Kardi dkk. Masih sibuk melepas
kelir kelir ludruk di angkat ke bak truk, tapi itulah Cak Kardi, dia tidak
pernah mempermasalahkan berapapun honor yang di terima, dia tetap semangat
tetap nyaman mengerjakan tugas sesuai rencana, bagi Cak Kardi bukan uang yang
utama, tapi kepuasan batin, ketika hasil jerih payahnya di akui oleh para
Seniornya ternyata uang bukan segalanya, pengakuan itulah yang sangat berharga baginya.
Dengan berbekal ilmu dan ketrampilan warisan orang
tuanya, Kardi dapat bergabung dengan grup Ludruk se Malang Raya. Ludruk yang pernah diikuti di antaranya: Ludruk
Wijaya Kusuma Pimpinan Cak Jamil, Ludruk
Persada pimpinan Cak Subur, Ludruk Manggala
Pimpinan Cak Efendy, Ludruk Subur Budaya pimpinan Kartono, Ludruk
Orkanda Pimpinan Drs Sunari dan Ludruk Lerok
Anyar.
Diusianya yang sudah sudah
kepala 5 ini, Sukardi
merasa prihatin melihat keberadaan ludruk sekarang, karena tidak ada pemain
ludruk muda. Secara pribadi dia menyalahkan
para seniornya yang dulu tidak mau mengkader
pemain baru pada masanya. Namun setelah
ditelusuri, dan dipikir-pikir. Ternyata sikap pemain
ludruk tempo dulu sangat hati-hati dan tidak berani sembarangan mengkader pemain
baru.
Ketika seorang pemain dianggap belum
mampu, tidak akan direkomendasikan. Alasannya sangat masuk
akal, karena takut pementasan tidak berhasil.
Karena waktu itu ludruk masih
banyak pemain-pemain
senior yang benar-benar mapan dan banyak pemain yang
memiliki daya hayat yang sangat luar biasa, sebut saja Buang Sabar Arif,
Christadi wn, Totok Suprapto, Beny Wahyudi, Abdul Ghani Bisri, Kadim, Cak
Subur, Cak Hari, Cak Tamin, Cak Samingun, Cak Karji dan Mansyur, Mama Chandra,
Slamet Nety,Mak Ngatiyar,Mak Kadam, Adenan,Mulyani,Nadekur, Cak Wito Hs dan Cak Chatam Ar.
Pemain ludruk yang tersebut di atas kemampuannya di atas
rata rata, maka jangan heran ketika Ada anggota baru yang datang, dipastikan
mereka harap sabar untuk menjadi pemain cadangan yang siap untuk nyebeng
berbulan-bulan untuk menjadi pemain inti.
Protes Cak Kardi pada para seniornya
yang tidak berani dan tidak ikhlas menyiapkan regenerasi, saat ini harus
menerima konsekuensinya, maka jangan menyesal kalau hari ini tidak ada pemain
ludruk muda, bahkan sekarang sangat sulit mengajak anak muda yang mau belajar
ludruk.
Cak Kardi terhitung sudah 41 tahun
sebagai pekerja ludruk, diusianya yang sudah genap 54 tahun Cak Kardi
masih kelihatan Energik, karena selama musim pandemi ini
dia bekerja serabutan ke sawah dan berternak ayam
Bangkok.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Sukardi Tukang Dekor Ludruk Malang Serba Bisa "