Muhammad Soleh: seniman multi talend (Foto Ist.) |
DAMARIOTIMES - Cerita demi cerita dari para pelaku seni pertunjukan ludruk di Malang memang banyak variasinya, bahkan unik-unik. Tentunya semua itu merupakan motivasi, kesempatan, dan bakat yang mampu dikembangkan di lingkungan perkumpulan ludruk itu sendiri.
Jika
memperhatikan perkembangan ludruk, setidaknya dapat disimak mulai priode masa
awal sekitar tahun 1940-an, tumbuhnya ludruk memang ada dorongan kuat dari
perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonial. Namun menginjak tahun 1966an,
ludruk menjadi penguatan dan membangun kembali kerekatan sosial bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, ludruk tampil sebagai ruang sosial untuk
menumbuhkan kembali mentalitas masyarakat terhadap traumatis tragedi politik
yang terjadi. Sehingga pada pemain memiliki loyalitas yang tinggi, mereka
mengembangkan ruang sosial lingkungan ludruk sebagai ‘sekolah’. Hal ini
berdampak pada ludruk tahun 1990-an, yaitu ludruk harus menjadi ruang ekonomi
bagi para seniman. Disinilah perjuangan hidup para seniman ludruk menghadapi
tantangan yang sangat berat. Sehingga mereka yang tetap bertahan tentunya
orang-orang yang memiliki talenta yang besar. Seperti seniman yang dikenal
dengan nama Muhammad Soleh.
Semula
seniman ini berperan sebagai Tandhak, penyanyi dan penari yang tampil dengan
gaya wanita. Latar belakangnya dari budaya Banyuwngi memberikan bekal yang
sangat kuat, bahkan telah memiliki kemampuan mendalang.
Peria
yang memiliki penampilan lemah gemulai ini lahir di Banyuwangi pada tanggal 2
Februari 1981, dari pasangan pernikahan Pak Sugiono dan Bu Sainem. Sepak
terjangnya sebagai seniman memang benar-benar dilandasi oleh tekat yang kuat. Muhammad Soleh tampil dengan peran sebagai tandhak (foto ist.)
Seperti yang telah
diampaikan, ludruk priode tahun 1990an adalah ludruk yang memiliki orentasi
ekonomi. Karena mereka menyadari, bahwa menjadi pemain ludruk itu pada dasarnya
adalah pekerjaan. Sehingga talenta yang dimiliki menjadi modal yang kuat. Kepandaian
Cak Soleh sebagai dalang tentunya memang dilandasari oleh kemampuan mengolah
suara yang bagus, sehingga jika tampil menjadi tandak pasti suaranya tidak
diragukan lagi, merdu.
Bekal
itulah yang digunakan untuk mencari penghasilan sebagai seniman, baik sebagai
pemain ludruk yang tampil sebagai tandak atau sebagai dalang. Kedua talenta ini
terus dikembangkan, sehingga kadang tidak dapat membagi waktu. Para sutradara
ludruk selalu membutuhkan kemampuannya untuk menghibur penonton dengan suranya
yang merdu, namun di pihak lain ada orang yang membutuhkan tampil
mendalang.
Jika
tampil sebagai tandak, suara yang dilantunkan mirip tandhak kondang bernama Sri
Mulyani. Sehingga gaya dan cengkok Ning Mulayni ini merupakan idam-idaman para
penggemarnya. Terlebih jika tampil dengan lakon versi ketoprakan; seperti
ande-ande lumut, joko kendil, atau geger pabrik kedawaung. Sudah dipastikan
lantunan suara cak Soleh sangat ditunggu.
Putra Pak Sugiyono ini benar-benar
betah tinggal di
Malang, karena di lingkungan ludruk malang semua talentanya
dapat dikembangkan. Sehingga sangat disyukuri. Melalui Panggung Ludruk. Cak Soleh
dapat Pentas bareng Precil, pelawak kondang dan juga dapat menimba ilmu dari H. Sakirun (cak Kirun).
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Muhammad Soleh: Seniman Ludruk Serba Bisa Ndalang, Nembang, dan Melawak"