Tangan yang tidak dapat lepas dari handphone (foto ist.) |
Berbagai
bentuk keresahan sudah terlontaran di berbagai artikel media masa, namun sejauh
itu juga tidak ada jalan keluar yang dapat memberikan solusi. Bahwa media
komunikasi itu sebenarnya bersifat fungsional, menunjang pekerjaan, belajar,
atau bisnis. Namun kenyataanya, handphone menjadi media yang bersifat
intertement, menghibur, atau memang telah menghipnotis para penggunanya untuk
menjadi ‘a-sosial’. Sehingga timbul prilaku-prilaku aneh yang dilakukan orang,
yaitu:
1. Lebih
mengingat orang yang jauh dari pada yang dekat, sebenarnya handphone
fungsinya mendekatkan yang jauh. Bukan menjauhkan yang dekat.
2. Mengomentari
sesuatu yang tidak penting, hal ini terjadi secara spontan. Banyak orang yang
tidak dapat mengontrol dirinya untuk secara spontan berkomentar, baik di wa
grop, atau di aplikasi sosial media yang lain.
3. Menggunakan
media foto untuk menunjukan dirinya pada orang lain (selfie). Hal ini
sebuah prilaku yang lebih berfokus pada dirinya sendiri, menunjukan kondisi
dirinya pada peduli pada orang lain.
4. Aplikasi
sosial media yang cendrung membuat orang ‘mengurung diri’ dan menjadi terkurung
dalam ruang tertentu, sehingga menjadi ‘anti sosial.’
5. Berprilaku
komunikatif, lebih mendahulukan menyebarkan berita yang dihadapi dari pada
berempati terhadap sesuatu yang terjadi. Misalnya ada peristiwa kecelakaan,
spontanitas orang mengangkat handphone-nya dan memotres korban, daripada
bergegas menolongnya. Hal ini adalah terjadinya kehilangan sensitifitas sosial.
6. Berprilaku
‘baik’ untuk meningkatkan follower, sehingga tindakan melakukan sesuatu
yang dianjurkan menolong orang lain yang menderita itu merupakan perbuatan baik,
tampi empati orang lain dimanfaatkan agar mereka bersimpati terhadap perilaku
orang yang berbuat baik di media sosial. Maka perbuatan ‘baik’ ini menjadi
komoditas dan pencitraan diri.
7. Handphone
juga digunakan untuk menjadi media kriminalitas, pornografi, dan penindasan
orang lain untuk keuntungan diri sendiri.
8. Handphone
yang
bermerek sudah menjadi status sosial, sehingga bentuk, atau jenis handphone dapat memosisikan
diri di antara orang lain. Sebenarnya hal itu belum tentu seperti kenyataanya.
Kondisi dunia modern yang terus mengembangkan senjata
virtual ini adalah perang moral. Orang terus meneror dirinya sendiri tanpa
disadari. Berbagai penyimpangan sosial, anti sosial, dan kehilangan kepekaan
sosial terus mengancam kehidupan umat manusia.
Sepertinya hal tersebut sudah tidak dapat memutus
matarantai dalam penggunaan handphone yang sudah terlanjur menyimpang.
Hanya usia lanjut yang sudah tidak lagi awas membaca, mengingat pola orasional
aplikasi, atau telinga yang kurang tajam mendengar. Maka pada saat itu, handphone
tidak lagi memenjarakan diri di tengah hiruk pikuk kehidupan ini.
Editor : Robby Hidajat
Posting Komentar untuk "Handphone dan Belenggu Penjara Sosial"