Cak Suliono sedang mendalang (Foto ist.) |
DAMARIOTIMES
- Orang-orang kampung yang hidup dalam kondisi sederhana, hidup bersahaja,
mengikuti dinamika sosial yang ada. Apakah sebagai petani atau sebagai
pedagang, bahkan seniman tidak ada bedanya. Kehidupan mereka saling menjalin
ikatan sosial, saling membutuhkan, dan saling memberikan penguatan satu sama
lain. Jika ada yang berprofesi sebagai pemain Ludruk, yang lain juga tidak
merasa ada yang kurang dari mereka yang jadi petani atau pedagang. Bahkan jika
mereka tampil pasti selalu mendapatkan apresaiasi, mereka selalu membicarakan
kelebihan disetiap perbincangan. Seperti Cak Suliyono. Seorang penduduk desa kampung
Mentaraman Desa Pagelaran Kabupaten Malang.
Cak Suliyono dikenali luas sebagai pemain ludruk, menurut
pengakuannya, mengawali sebagai pemain ludruk di Kampung Mataraman sejak tahun 1964. Niatnya
menjadi pemain ludruk adalah
untuk menyalurkan bakat, dan memang sangat menggemari sekali sebagai pemain
ludruk. Setiap tampil dipanggung pasti hati merasa senang. Upayanya itu juga didukung oleh Orang
tuanya. Mengingat di rumahnya memang sudah memiliki
seperangkat gamelan. Orang tua Cak Suliyono menyediakan untuk latihan
ludruk.
Anak Pak Niti
Paidun dengan Ibu Lamidah yang biasa di panggil cak Suli, tergolong seniman
yang ngabehi bisa ndagel,
bisa ndhalang dan bisa manjak
(nabuh gamelan). Pada tahun 1973 menjadi Dhalang Laris di wilayah Bantur,
Gedangan sampai Ampel Gading
Pada
tahun 1980an,
Cak Suli aktif di ludruk Parikesit Jenggolo pimpinan
Abdul Halim dan Ludruk SKM pimpinan
Pak Sukur asal Desa Mangir Kecamatan Kepanjen. Pada waktu itu sangat dikenal adanya
Pasar
Malam. Sehingga orang-orang di daerah itu selalu mencari
hiburan dipertunjukan ludruk. Setiap malam, pasar malam itu dimeriahkan oleh
pertunjukan ludruk, sehingga Pak Sukur benar-benar menyediakan fasilitas yang sangat
mendukung. Selain dari pada itu Pak Sukur juga dikenal sebagai juragan Ludruk
yang punya usaha hiburan di Pasar Malam
itu.
Cak Suli belajar ndhalang
pada Pak Mardiono seorang dhalang pangruwatan asal Blitar, beliau adalah
gurunya Cak Sukirno teman
Suliyono bermain waktu kecil, Suliyono dengan Cak Sukirno saudara tunggal
Kakek.Cak Suliyono ketika menunggu kegiatannya mendalang di mulai (foto ist.)
Usia boleh tua
semangat tak pernah reda, Mbah Suliyono yang sudah Kepala tujuh, tetap semangat, kalau
pagi bertani disawah, setelah itu waktunya di gunakan untuk melatih karawitan
anak anak dan Ibu ibu di kampung Mentaraman Desa
Pagelaran Kabupaten Malang.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Cak Suliono Dari Pemain Ludruk hingga Tukang Dongo (doa tradisi Jawa)"