DAMARIOTIMES - Ekonomi memang menjadi hal yang penting bagi keluarga, tak khayal jika semua orang melakukan segala cara untuk mendapatkan uang untuk menghidupi keluarg.
Perkebunan yang kaya hasil sumber
daya alamnya, juga ikut andil dalam membantu perekonomian masyarakat, dari
hasil tanaman seperti; tebu, kopi, hingga karet. Semua ditanam dirawat dan
diambil hasilnya agar dapat membantu perekonomian masyarakat.
Penyadap karet yang melakukan pekerjaan di malam hari (Foto: Muhammad) |
Di perkebunan PTPN XII Glenmore
Banyuwangi, bermacam macam tanaman perkebunan di rawat sesuai dengan geografis
afdeling (wilayah kerja pada perkebunan). Termasuk di afdeling Kampung Anyar, Kebun
Kendang Lembu.
Suhu
wilayahnya berkisar di antara 18-28 derajat celcius, sangat cocok ditanami
pohon karet untuk diambil getahnya. Getah karet digunakan untuk bahan baku pembuatan macam macam benda yang
bermanfaat untuk kebutuhan industri.
Ketika adzan Isya berkumandang, sang
mandor sadapan (julukan bagi pimpinan yang mengurusi bidang perkaretan) mulai
berkeliling menginformasikan dan membagi wilayah pengambilan getah karet kepada
anak buahnya, bahkan tidak jarang sampai tengah malam. Sang mandor masih
berkeliling untuk sekedar membangunkan warga yang tidur agar segera bekerja dan
mencari getah karet.
Dengan bayaran Rp 92 ribu perhari
bagi seorang mandor, tak menyusutkan semangat untuk mengurusi bidangnya. Memanggil
para anak buah dari rumah ke rumah, berkeliling kampung, hingga rasa lelah
menghinggapi tubuhnya, dan itu sudah menjadi pemandangan tiap malam bagi
seorang mandor sadapan karet.
Ketika
sudah dibagi, berangkatlah para pencari getah karet dengan membawa alat sadapan
seperti arit, tong, ember dan senter yang selalu terpasang di kepalanya untuk
menerangi langkah demi langkah menapaki daerah perkebunan, setelah sampai
daerah perkebunan yang sudah dibagi, barulah membuat garisan mengelilingi pada
pohon karet dengan arit sampai keluar getah yang terdapat pada pohonnya
mengkikuti alur garis yang dibuat, dan memasang wadah kecil dibawahnya untuk
mengumpulkan getah yang keluar.
Cara menyadap getah (foto: Muhammad) |
Pohon
demi pohon terus dicari getahnya sampai wadah kecil terisi penuh, dengan
menunggu penuhnya wadah tersebut, sang pencari getah pulang ke rumah masing
masing untuk melepas Lelah setelah kurang lebih 3 jam melewati dinginnya cuaca
perkebunan, gelapnya kebun karet, dan
rasa gatal sekujur tubuh karena terkena cairan getah, dan sekitar jam 12 malam
mereka tidur ataupun berbincang bincang sambal meminum kopi dengan teman se
pekerjaannya sambal menunggu wadahnya penuh oleh getah karetnya.
Ketika
jam 3 subuh, para pekerja kembali ke kebun wilayahnya yang sudah dibagi oleh
mandor sadapan, untuk mengambil hasil getah dan mengumpulkan dalam tong besar.
Tong itu sebagai alat ukur untuk
menerima upah dari hasil kerja setiap hari. Ketika jam 6 pagi, para pekerja
berkumpul dan menimbang hasil sapapan getah karet kepada pengepul.
Dalam
satu tong getah, hanya diupahi Rp. 45 ribu per tong, hal tersebut memang tak
sebanding dengan jerih payah mereka, dan menurut pencari getah, kadang sehari
hanya bisa mengumpulkan setengah tong, dan dukanya jika hujan menerpa pada
tengah malam berarti getah yang dikumpulkan menjadi rusak dan tidak dapat
diolah. Hal ini merupakan kerugian, karena jika rusak, maka tidak ada upah dari
hasil kerja pada hari itu. Maka pekerja harus mencari pekerjaan serabutan di
siang harinya, demi mencukupi kebutuhan hidup hari itu.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Suka Duka Penyadap Getah Karet di Banyuwangi untuk Mencukupi Perekonomian Keluarga "