Retno Agustin sehari-hari ketika berada di rumah (foto ist.) |
Pemuda
berdarah Jawa dan Bali ini tergolong anak yang baik, patuh terhadap orang tua.
Tidak malas, dan pekerja keras untuk mencapai cita-citanya. Sungguhpun
cita-cita yang selalu ada di benaknya itu tidak terlalu tinggi. Biasa saja, dia
hanya berangan angan jadi orang baik. Sifat penurutnya, selalu disayangi oleh
teman dan gurunya. Ketika duduk di bangku SMP bakatnya menari sudah sangat
menonjol. Tidak seperti teman-teman laki-lakinya yang seharian bermain sepak
bola.
Retno Agustin yang memiliki bakat seni yang baik, sangat dicintai
gurunya. Bahkan seringkali diberikan uang saku oleh guru-gurunya karena sering
kali menjuarai lomba tari. Setiap penampilan sekolah juga seringkali tampil.
Pada
tahun 1980-an, Retno Agustin di ajak Mak
Dirman, salah satu tandhak
asal Banyuwangi pergi ke Malang.
Waktu itu tidak pernah membayangkan apa-apa, karena bekalnya dari remaja itu
hanya menari yang diajarkan oleh guru-gurunya. Berbekal
menari Kupu Cedong dan
Tari Punjari ciptaan Mas Sayun Sisiyanto, Retno Agustin diajak bergabung pada perkumpulan Ludruk
Kusuma Wijaya Malang.
Ludruk Kusuma
Wijaya adalah Jilmaan Ludruk Wijaya Kusuma Unit II setelah di lepas dari
Inmindam VIII Brawijaya dan Ludruk Kusuma Wijaya di kelola oleh Cak Jamil Misdun Mantan Pelawak andalan ludruk
Wijaya Kusuma Unit II. Perkumpulan ini
tidak terlalu populer, karena dalam masa perintisan. Hanya saja perkumpulan
ludruk ini bersifat terbuka, banyak para pemain keluar masuk. Jika masa
tanggapan ramai, semua anggota datang. Ketika sepi semuanya pergi. Hal tersebut
dianggap biasa oleh Cak Jamil. Bahkan pada perkumpulan ini mempunyai dapur umum.
Semua orang yang ada di tobong bisa makan, sungguhpun hanya lauk tempe sama
sambel.
Ketika bergabung
dengan ludruk Kusuma Wijaya, Retno belum bisa masang gelungan (sanggul), belum bisa ngidung Jula
Juli (menyanyi), namun berkat ketekunan serta keinginannya
menjadi Tandhak ludruk, Retno cepat bisa menyesuaikan diri dan setiap malam di
suruh ikut Koor dan pas malam minggu
disuruh mengisi atraksi Tari Banyuwangi yang dia bisa.
Retno Agustin, setelah pandai berdandan sebagai tandhak ludruk (foto ist.) |
Setelah di rasakan
cukup menimba Ilmu ludruk di Kusuma Wijaya, Retno Agustin pindah bergabung ke perkumpulan ludruk Trijaya, ludruk
Taruna Budaya, Ludruk Armada dan sekarang ini
menjadi
milik semua ludruk se Malang Raya,
artinya Retno Agustin dapat keluar masuk kesemua perkumpulan. Namun selalu
memprioritaskan pertunjukan yang memang sudah menghubungi, karena dia ingin
tampil yang terbaik.
Retno Agustin (tengah) yang selalu tampil kompak pada adegan bedhayan (foto ist.) |
Retno Agustin (kanan) yang bersiap-siap untuk tampil menari ngeremo (foti ist.) |
Kesibukan sehari-hari adalah menjadi pengusaha jasa kecantikan ini selalu
memprioritaskan kepuasan pelanggan. Seperti di atas pentas, melayani orang yang
ingin cantik, make up atau potong adalah orang yang ingin merasa puas dalam
penampilan. Oleh karena itu usaha Salon dan Rias
Pengantin memang sangat laris. Hasil
dari Usaha Salon dan menjadi
tandhak ludruk, Anak Ni Wayan
Sukesti ini dapat
membangun
rumah di Jl Raya Ardirejo Desa Sidorejo
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang.
Retno Agustin
bersyukur di takdirkan menjadi tandhak
ludruk, dari sinilah bisa menyalurkan bakat Seninya, dengan bekerja dan berolah kesenian dapat membahagiakan orang lain, utamanya juga dirinya
sendiri dapat berekspresi secara total.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Retno Agustin Tandhak asal Banyuwangi yang populer di ludruk Malang"