DAMARIOTIMES - Candi merupakan bukti sejarah masa lalu yang keberadaanya masih dapat temukan sampai sekarang. Ada yang masih utuh, namun ada pula yang dalam proses restorasi ulang. Karena, kondisinya rusak berat.
Sebagian besar candi yang ditemukan di Indonesia memiliki
keutuhan bangunan antara 30% - 70%. Banyak pula yang masih terus digali hingga
saat ini, karena telah tertimbun dan digunakan untuk bangunan tempat tinggal warga. Akibatnya menjadi sulit untuk melakukan relokasi.
Kendala utama adalah anggaran dana yang
sangat besar untuk ganti rugi warga.
Candi Badut, atau bahasa aslinya
Sansekerta menyebutnya dengan “bha-dyut”
yang berarti sorot bintang canopus atau sorot bintang Agastya. Agastya sendiri
adalah nama seorang resi dari India Utara yang konon sangat besar jasanya bagi
penyebaran ajaran Hindu di Indonesia. Candi Badut
merupakan pemujaan raja Gajayana
kepada resi Agastya. Raja Gajayana merupakan raja
kedua dari kerajaan Kanjuruhan, putra dari Dewa Simha.
Kompleks bangunan Candi Badut karang Besuki Malang (Foto: Denny Hendrifika) |
Masa pemerintahan dari raja
Gajayana, berdasarkan prasasti Dinoyo di tahun 750-an Masehi, dan dari angka
tahun yang ditemukan pada artefak di sekitar candi, tertuliskan tahun 682 Chaka
atau tahun 760 masehi sebagai tahun dirampungkannya bangunan candi Badut.
Bangunan candi sendiri temukan pada
tahun 1921 oleh seorang arsitektur Belanda bernama Maureen Brecher. Pada awalnya hanya berupa gundukan
tanah menjulang di wilayah Karang Besuki Kota Malang.
Bangunan candi yang
berlokasi di kelurahan Karang Besuki, tepatnya di jalan Candi Badut Tidar kota
Malang, hingga saat ini masih belum berhasil merelokasi bagian atapnya.
Sehingga yang nampak hanyalah struktur bangunan badan tanpa atap. Tidak hanya
itu, masih terdapat sekitar 7 bangunan pendamping yang bahkan belum di tata
ulang. Bentuknya masih dalam wujud pondasi-pondasi yang ukurannya juga cukup
besar. Dari sini dapat diketahui bahwa dulunya candi Badut merupakan kompleks
candi seperti umumnya candi-candi di Jawa yang memiliki 3 bagian utama, dan
candi Badut adalah puncak dari kompleks bangunan tersebut.
Ada yang menarik dari bangunan
candi yaitu fakta tentang ke-bhinekaan dalam beragama. Merujuk dari bangunan dalam yang
terdapat lingga yoni yang teramat besar. Lingga Yoni merupakan wujud persemabahan kepada dewa Siwa.
Di bagian luar dinding candi dimenemukan
relief dewi Durga Mahesasuramardini yang merupakan pemuja dewa Api atau dewa Agni. Kemudian, raja yang membangunnya
adalah bergelar Gajayana yang berarti adalah pemuja dewa Ganesha, dewa
pengetahuan yang berbadan manusia tambun tetapi berkepala gajah.
Lingga Yoni Dewa Siwa di Bagian Dalam Candi Badut (Foto: Denny) |
Dari satu lokasi candi, ternyata sudah banyak fakta yang bisa gali, khususnya tentang
keragaman dan kedalaman budaya, sejarah, dan kepercayaan di Indonesia. Seolah dibawa
kembali ke masa lampau yang tidak habis dipetik hikmah, bahkan merupakan pelajaran
yang kompleks tentang
bangunan candi Badut.
Semoga perhatian
pemeritah, khususnya dinas
kepurbakalaan dapat lebih intensif dalam
memfokuskan bangunan bersejarah yang akan lenyap dan hilang tergerus perkembangan zaman. Hal ini terbukti peninggalan purbakala lainnya di kota Malang, sudah lenyap sebelum dapat direnovasi.
Posting Komentar untuk "Candi Badut Bangunan Bersejarah Dari Era Abad Ke 8 Yang Belum Mendapatkan Penanganan Secara Intensif"