Amin Naryo yang populer dengan panggilan mama Chandra (foto ist.) |
DAMARIOTIMES - Banyak menjumpai para pemain wanita pada seni pertunjukan Ludruk, namun pada umumnya mereka memfokuskan sebagai tandhak, tampil menari dan menyanyi. tentunya pemain putri yang disebut ‘wedhokan’ itu memang seratus persen diperankan oleh laki-laki. Hal ini yang menarik dan khas dari seni pertunjukan ludruk.
Lain
halnya dengan pemain wedhokan yang dikenal dengan sebutan mama Chandra, nama
beken ini sudah sangat terkenal diblantika ludruk Malang. Tidak karena piawai
menari, atau menyanyi (nembang) tapi sangat dikenal sebagai ‘rol’ (peran utama)
putri, yaitu memiliki nama asli Amin Naryo lahir di Mojokerto 10 April
1964 dari Pernikahan Sekan dengan Satiah.
Mama Chandra cantik sejak remaja (foto ist.) |
Amin Naryo
semenjak menjadi tandhak ludruk banyak memperoleh ilmu akting dari
Yauman, Sutradara Ludruk Teratai Jaya, dan Christadi Wahyu Nikihulu Sutradara
Ludruk Persada Malang. Pelajaran yang diberikan oleh dua tokoh ludruk
tersebut menjadikan Amin Naryo Pemain ludruk yang memiliki talenta
dan daya hayat yang sangat luar biasa.
Tahun
1988, Amin Naryo bergabung dengan ludruk Manggala Jakarta Pimpinan Cak
Bambang Ginting, SST bersama Christadi WN, Bambang
Zaenuri,Kabul, Tubi, Elyas, Yanto, Slamet, Muji, Jio dan Sami at.
Pengalaman berakting di luar kandang (Jawa Timur) itu yang membuat keyakinannya
sebagai aktor ludruk semakin mantap. Terlebih ketika melakonkan
cerita Kunanti Di Jogja, Mama Chandra membuat kejutan yang
tidak terbayangkan sebelumnya. Pada saat adegan Letnan Bandi (Sami at) pamit berangkat
ke Medan perang pada istrinya (Mama Chandra), Adegan Romantik mengharukan itu
benar-benar terhayati secara mendalam. Pada malam itu, suasana menjadi
hening, semua Penonton terpukau, terharu, penonton wanita tak
sadar meneteskan air mata.
Mama Chandra juga
pernah membuat kejutan di Surabaya.Berkat aktingnya yang sangat
meyakinkan sebagai Dewi Sangkrah, berhasil membuat Penonton
Lapangan Makodam berjumlah 150 000 orang mendadak hening, terpaku,
dan ikut larut Hening mendengarkan wejangan Dewi
Sangkrah, ibunya Sawunggaling.
Mama Chandra
pernah pentas diempat Provinsi,Yogyakarta bersama Ludruk Polma Tahun
2001, Konggres Bahasa Jawa Di Kraton Jogjakarta. Bersama Ludruk Lerok
Anyar 2014, Seminar Cross Gender Internasional di aula
Sekolah Menengah Karawitan Indonesia SMKI dan Kantor Gubernuran Yogyakarta, Kolaborasi
dengan seniman tari komedian, Didik Nini Thowok dari Yogyakarta dan
Cak Kartolo Grup dari Surabaya, Pertunjukan itu disaksikan oleh Gusti Ayu
Pambayun Putri Sri Sultan Hamengku Buwono X. Serta pentas yang sangat mengesankan
adalah di Universitas Udayana Denpasar Bali, pada
ujian terbuka program Doktor dari Hendricus
Supriyanto, dan Ludruk Manggala di Taman Ismail Marzuki
Jakarta.
Foto Bersama Mama Chandra (ke dua dari kanan) bersama Didik Nini Thowok (tengah) (foto ist.) |
Pemilik Salon
Chandrika yang beralamatkan Di Jl Dr. Wahidin 15 Rt 19/Rw
02 Gondanglegi Kabupaten Malang ini memang sangat piawai, pikirannya
yang tajam, penghayatan peran yang mendalam, dan wawasannya yang luas. Berbagai
hal yang terkait dengan peran putri tidak hanya sekedar menghafalkan atau
menirukan para senior, namun memiliki pemikiran yang orsinal, bahkan dapat
dianggap sebagai hasil perenungan yang mendalam. Berbagai peran utama putri
seperti Ing Tay ( lakon Sampek Engtay), Suminten (lakon Suminten Edan),
Karti (lakon Kunanti di Jogja), Dewi Sangkrah ( lakon Sawunggaling ), dan
Marlena (lakon Sakera).
Prestasi
mama Chandra diblantika ludruk Indonesia itu memang membuat decak kagum para
senior dan sutradara ludruk, bahkan Prof. Ludruk (Hendricus Supriyanto) juga
mengakui kepiawaiannya sebagai aktor putri. Karena penghayatannya memang
benar-benar totalitas, dalam menjiwai peran betul-betul sampai ke hati.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Mama Chandra: Rol PutriLudruk Malang Menghayati Peran Sampai Ke Hati"