Hadi Sentosa sedang berkerja di stodionya (foto ist.) |
Pada masa remaja, Hadi Sentosa sekolah di Sekolah Dasar Kedawung (SD Tulusrejo 2 Malang), kemudian berlanjut
sekolah di SMP Negeri 5 Malang, beriktunya menjadi siswa di SMA Negeri 7 Malang,
lulus di tahun 1988.
Sebagai anak yang patuh pada
nasehat orang tuanya, Hadi Sentosa melanjutkan studi ke perguruan tinggi di
Malang. mengikuti anjuran orang tuanya mendaftar ke Universitas Brawijaya Malang,
bidang studi yang dipilih ilmu hukum di fakultas hukum.
Selama studi dijalani dengan baik-baik saja, bahkan lulus
tepat waktu pada tahun 1993. Namun ada cerita yang mengejutkan, sebenarnya Hadi Sentosa ketika masih di SMA sangat ingin
menempuh studi di ISI ( Institut Seni Indonesia Yogyakarta) yang pada saat itu
bernama ASRI. Bayangannya dapat mengembangkan hobbynya sebagai pelukis. Namun
anjuran orang tuanya berbeda. Hadi Sentosa benar-benar mendengarkan saran orang
tuanya untuk melanjutkan pendidikannya di luar bidang seni rupa. Seperti
persepsi banyak orang tua lainnya. Jadi pelukis nanti akan makan apa. Hadi
Sentosa tidak dapat meyakinkan orang tuanya, dan memutuskan untuk mengikuti
saran dan arahan yang dapat menyenangkan hati mereka.
Selama menempuh pendidikan di
bidang ilmu hukum, Hadi Sentosa tetap berlatih melukis, sungguhpun agar berkurang.
Pada waktu itu hobbynya beralih menekuni musik, bersama teman-temannya mendirikan kelompok Band, dan salah satu Bend terbaik se Fakultas Hukum.
Masa muda beliau sama seperti
masa muda mudi pada umumnya, menonton film di bioskop dan mengamati hingga
menikmati poster film sehingga membuat beliau mencoba untuk melukis tokoh-tokoh
dalam film yang pada akhirnya gaya melukis beliau banyak dipengaruhi dari
poster film dan musik. Akan tetapi, sesekali melakukan hobinya yaitu melukis di
kaos dengan menggunakan acrylic.Hadi Sentosa, melukis adalah jiwa dalam kehiduannya (Foto ist.)
Pada saat duduk di bangku SMP,
mulai gaya Affandi yang ditiru berakhir, dan beralih melukis potret musisi rock,
dikarenakan mulai menyukai musik rock. Objek lukisan nya waktu itu adalah Sting
dari grup The Police, Phil Collins dari Genensis, hingga Lee Toth dari Van
Vallen yang dimana beliau mengambil dari majalah Vista dan majalah Hai untuk
menjadi referensi objeknya.
Terlepas dari itu, ketika dinyatakan
lulus dari Universitas Brawijaya. Kemudian mencoba mengadu untung merantau ke
Sulawesi Selatan. Di sana memperoleh pekerjaan di salah satu bank swasta dari bagian
akuntansi, apresial (penilai jaminan) hinggga loan administration.
Selain itu juga pernah bekerja di radio FM swasta di Sulawesi Selatan sebagai
penyiar dan script writer.
Lima tahun hidup dalam perantauan
di Sulawesi Selatan. Kemudian memutuskan untuk pulang kampung halaman, Malang.
babak kehidupan baru dimulai, dengan membuka usaha persewaan film DVD,
berlangsung selama 4 tahun. Namun kegiatan melukis tidak pernah beliau lupakan
dibalik kesibukannya, bahkan menyempatkan untuk melukis dan dipajang di
rumahnya.
Pada tahun 2001, Memutuskan untuk
mengakhiri masa lajangnya, dan menikah. Saat anak pertama lahir, usaha
persewaan DVD ditutup. Kali ini, mulai melamar pekerjaan dan di terima bekerja
di Biro iklan. Waktu berlalu begitu cepat. Selama hampir 10 tahun sebagai
desainer grafis. Bekerja dari jam 09.00-17.00.
setiap hari kegiatannya di depan
komputer memainkan program photoshop dan coreldraw. Di sela-sela
kesibukan itu, masih juga melukis dan menjualnya untuk mendapatkan pengahasilan
tambahan.
Ketika anak ke 4 lahir, Hadi
Sentosa memutuskan untuk resign dari pekerjaannya, dan memutuskan akan fokus
sebagai pelukis, dan menjual hasil
karyanya. Hal ini menjadi pengalaman yang sangat menarik, dan sebuah perjalanan
kilas balik yang sangat mengispirasi, bahwa jadi seniman itu bukan tujuan, tetapi
sebuah talenta yang pasti akan dapat menopang kehidupannya.
Pada saat ini, Hadi Sentosa
adalah salah satu seniman lukis yang khusus melukis tokoh-tokoh terkenal.
Lukisan potret ini memang lebih cepat terjual, bahkan sangat diminati di
berbagai kalangan. Wajah seseorang itu mempunyai ikatan batin yang kuat dengan
objeknya. Sehingga sebagaian roh memang berada dalam lukisan itu. Oleh karena
itu melukis itu memang pekerjaan yang dilakukan dengan rasa, dan jiwa yang
iklas.
Konteributor : Nadila Dwi Putri
Editor : Marsam Hidajat
Posting Komentar untuk "Hadi Sentosa Pelukis Jebolan Sarjana Hukum"