Penyaji acara Bamboe Roencing dari anak-anak Hingga orang Dewasa (Foto Ist.) |
DAMARIOTIMES - Pantai desa Sobontoro, Kecamatan Tambakboyo, Tuban yang kencang bertiup. Angin laut ini ketika sore hari menghantar para nelayan untuk melaut, namun kali ini, Sabtu, 30 Oktober 2021 tidak demikian. Angin laut yang sepoi-sepoi itu mendampingi para remaja yang bersemangat untuk menggelar acara akbar “Bamboe Roencing #6”. Acara ini sempat tidak terlaksana pada tahun 2020, karena pendemi COVID-19. Waktu itu tidak ada pilihan, virtual sengaja untuk dihindari, karena tidak memiliki sentuhan emosional yang mendalam.
Ketika
pendemi COVID-19 mulai melandai di bulan Oktober, komunitas Pemuda Harapan
Kampung (PHK) mulai geliat kembali, mereka positif dapat menggelar acara yang
dapat mengikat hubungan sosial, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Lenggak lenggok tari remaja putri memberikan semangat yang bergelora (foto ist.) |
Panitia
sudah mulai disiapkan, bahkan berbarengan dengan kedatangan Peneliti Dari
Universitas Negeri Malang yang di ketuai oleh Dr. Robby Hidajat, M.Sn.
Penelitian yang menyasar dinamika generasi muda di pesisir. Ternyata PHK adalah
salah satu model yang menyerupai gerakan massif ketika para nelayan tidak
melaut, ekspresi keseniannya muncul dan menguat karena ada rasa syukur atas
anugrah alam.
Acara
“Bamboe Roencing #6” di tengah desa wilayah pesisir utara, sudut-sudut temaram
di ujung-ujung memberikan penguatan pada arena pentas yang dirancang secara
artistik. Bambu menjadi bagian yang sangat kuat untuk memberikan dukungan
semangat, simbol perjuangan ketanpa pamrihan. Komunitas remaja ini memang
memberikan angin segera untuk menggala, bahwa menciptakan hubungan sosial
menjadi penting.
Ketua
Panitia “Bamboe Roencing #6” Andika Bhayangkari sangat optimis, upaya ini bukan
sekedar ingin berhura-hura, namun di saat melandainya COVID-19 ini menunjukan
bahwa kesenian memang pantas diperjuangkan untuk hadir kembali. Sungguhpun pada
undangan yang memberikan sambutan, Camat Tambakboyo dan Kepala Desa Sobontoro
juga tetap mengingatkan untuk tetap melaksanakan protokol Kesehatan.
Ketua
Umum Komunitas PHK, Buntas Pradoto menegaskan, bahwa acara ini benar-benar
tumbuh dari hati para generasi muda di Desa Sobontoro. Karena dengan kondisi
semacam ini, sudah selayaknya tidak boleh kalah, bahkan lengah. Kesenian adalah
dinamika dari jiwa setiap individu mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Mereka patut diberikan ruang berekspresi, bahkan jiwa mereka harus mengalami
geliat untuk meningkatkan imunitas.
Acara
yang digelar kurang lebih 5 jam, sangat meriah, hadirin dan panitia yang
jumlahnya kurang lebih 200 orang benar-benar menunjukan kegembiraan. Pantai
desa Sobontoro menjadi hidup, menghalau keheningan dan kebisuan yang
sehari-hari hanya terdengar desah gelombang. Kini benar-benar terasa adalah
letupan estetika, mulai dari tampilan Tari Dongklak (PHK), North Area Breakin,
Tari Sekar Gading ( Komunitas Sembrani ), Teater berjudul Tolak Balak (PHK),
Pantomim (Agung Ridwan), Tari Celeng Srenggi (Dewa Puspitasari), Komunitas Buka
Suara, dan Komunitas Warna Tuban.
Acara “Bamboe Roencing #6” tampil dengan meriah,
sungguhpun jauh dari kota. Tapi getarnya memang terasa di sepanjang pantai
Sobontoro. Masyarakat pesisiran benar-benar menikmati, bahwa kehidupan berkesenian
memang wajib untuk diperjuangkan sebagai ekspresi kehidupan yang nyata.
Editor : Muhammad ‘Affaf Hasiymy
Posting Komentar untuk "Festival Bamboe Roencing di Desa Sobontoro Tuban di Gelar Kembali"