Cak Sunandri dijumpai di rumahnya, sedang santai menikmati hidup seperti orang-orang kaya di lakon Ludruk (foto Ist.) |
Cak Nandri, demikian panggilan akrap
dilingkungan teman-teman ludruk. Dalam suatu acara yang santai Cak Nandri
mengaku, bahwa ikut ludruk hanya untuk mencari kesenangan, hobby. Namun
setelah menikah dengan seroang gadis bernama Mardiah. Maka Cak Nandri menyadari,
bahwa menjadi aktor ludruk itu merupakan profesi.
Panggung ludruk itulah ladang hidup
yang dapat mendatangkan rejeki. Penghasilannya selama menjadi pemain ludruk dapat
membiayai anak istri. Bahkan dapat membangun rumah, dan menyekolahkan dua anaknya; Eko Condro Beni Wahyudi menjadi polisi, dan yang
kedua; Sulistyawan
bekerja di Pertambangan
Batubara di Kalimantan.
Cak Nandri: menjadi pemain ludruk; dari hobby menjadi profesi (foto Ist.) |
Tahun 1970 di Ndokosari berdiri ludruk Dharma Bakti pada waktu
itu pemainnya
Cak Markasan, Cak Sameri, Pak Dul Kacong. Cak Nandri juga ikut bergabung.
Ludruk kampung ini menjadi bagian dari perjalanan hidupnya menjadi seniman.
Sungguhpun tidak lama, karena harus mengikuti dinamika kehidupan seniman ludruk
yang berpindah dari perkumpulan yang satu ke perkumpulan yang lain, pemeran Pak Tasmija dan Pak Selor ini pernah bergabung dengan ludruk
Wijaya Kusuma Unit III, Ludruk Persada, ludruk Trijaya,Ludruk Taruna Budaya,
Ludruk Wijaya Kusuma Unit II, Ludruk Orkanda, Ludruk Subur Budaya, Ludruk Malinda
dan sekarang ikut semua ludruk SE Malang Raya.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Cak Sunandri Ludruk Menjadi Ladang Hidup untuk Menggali Rejeki"