Anak Insinyur Pengeboran Minyak Jadi Pemain Ludruk Selama 51 Tahun

DAMAIOTIMES - Tujuh puluh dua tahun yang lalu, anak laki-laki  dari seorang Opseter / sekelas  insinyur  tenaga ahli Pengeboran minyak bernama Prawiro Diharjo asal Demak Jawa Tengah, yang menikah dengan Kartinah asal Kediri.  Anak itu terlahir dengan nama: Totok Suprapto dari Cepu Jawa Tengah hijrah ke Malang.

Tidak pernah dibayangkan, bahwa kota Malang menjadi bagian dari sejarah hidupnya yang banyak terlukiskan kenangan yang indah dan tak terlupakan. Sudah lima puluh satu tahun, Cak Totok Suprapto telah mengenyam pahit getirnya menjadi pemain ludruk. Sambil memandang ruangan rumahnya setiap hari lengang.


CAK Totok Suprapto dengan ketawanya yang khas, hidup harus selalu riang gembira (foto Marsam)


Tahun 1955, Totok Suprapto mulai mengenyam bangku sekolah Rakyat (SD); sekarang sekolah dasar, yang berlanjut ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.

Pada tahun 1962, Cak Totok Suprapto meninggalkan kampung halamannya  pergi ke Surabaya, Ikut kakaknya yang Jadi anggota Brimob Resimen 4 Surabaya, Resimen 4 Surabaya. Tempat dinas dari kakak Totok menjadi  Markas Ludruk Duta Budaya. Salah satu perkumpulan ludruk yang semua anggotanya di angkat menjadi Polisi.

Tahun 1966 ketika Kelas 3 SMA Cak Totok Suprapto mulai kenal Ludruk, kebetulan ludruk Duta Budaya komandannya  adalah kakaknya sendiri. Pada waktu itu ludruk Duta Budaya terdapat pelawak yang sangat populer, yaitu  Cak Kabul dan Cak Pilin. Tandhak yang pupuler adalah Sutris,  dan juga tergabung pelawak legendaris  Cak Blontang, Cak Meler, Cak Sokran, dan Cak Marmo. Mereka statusnya pada Ludruk Duta Budaya sebagai Tenaga Bantuan.

Karena setiap malam menyaksikan ludruk, maka bagaikan pepatah kuno, witing tresno Jalaran  soko Kulino, Totok menjadi sangat tertarik dengan ludruk dan memutuskan untuk ikut. Pertama kali tidak ada keinginan untuk menjadi pemain. Namun banyak terlibat sebagai crew panggung.

Merasa kurang nyaman, karena  sering di susul keluarga. Cak Totok Suprapto memutuskan pergi ke Malang untuk bergabung dengan perkumpulan ludruk Wijaya Kusuma Unit II Pimpinan Christian Wahyu Nikihulu. Seorang pimpinan dan sutradara  yang populer di Panggil Mas Chris.

Ketika berada di Ludruk Wijaya Kusuma Unit II, keluarga Cak Totok Suprapto juga sempat dicari keluarganya. Setelah mengetahui Cak Totok Suprapto berada pada perkumpulan Ludruk Wijaya Kusuma Unit II Mas. Kakaknya mengiklaskan, Cak Totok Suprapto menjadi bagian dari seni pertunjukan rakyat itu. Terlebih mengetahui, bahwa Cak Totok Suprapto telah mendapakan gaji bulanan dari Inmindam VIII Brawijaya.

Pada ludruk Wijaya Kusuma Unit II, Cak Totok Suprapto tidak langsung Jadi pemain. Selama kurang lebih tiga tahun menjadi  tukang  diesel dan tukang teknis. Ketika seniornya mengetahui, kalau Cak Totok Suprapto mempunyai keahlian beladiri. Sesekali dipergunakan sebagai tokoh antagonis yang memerankan tukang gontok (istilah pada perkumpulan wayang orang disebut bala kepruk).

Pengalaman yang cukup berat adalah menyesuaikan bahasa ludruk. Cak Totok Suprapto membutuhkan waktu yang cukup lama, kurang lebih  tiga tahun. Waktu itu masih menjadi  tukang teknik panggung. Cak Totok Suprapto menyadari, dialog orang Cepu terbiasa bahasa Jawa kulonan, sementara dialog ludruk menggunakan bahasa ngoko, khas logat Arek Jawa Timur.

Pada waktu itu  Rolnya (Peran Utama) ludruk Wijaya Kusuma Unit II yang sedang naik daun adalah Chatam Ar.  Setelah Cak Chatam Ar. tidak aktif karena kesibukannya belajar menari pada pak Amiseno di Kota Malang. Cak Totok Suprapto  mulai dikader jadi pemain untuk menggantikan  Cak Chatam Ar. alhasil semua tugas yang diberikan sutradara berhasil dan sangat memuaskan, maka mulai saat itu Cak Totok Suprapto seringkali diberikan peran utama di Ludruk Wijaya Kusuma Unit II.

Setelah cukup lama berada di ludruk Wijaya Kusuma Unit II, Cak Totok Suprapto pindah ke Ludruk Persada Malang pimpinan Cak Subur. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengalaman, bahkan niatnya itu memang terinspirasi oleh pemain ludruk Persada yang dipandang sangat mumpuni keaktorannya, seperti Mas Abdul Ghani Bisri, Cak Subur, Cak Hari, Cak Buang Sabar Arif. Pergaulan Cak Totok Suprapto di Persada semakin terasa peningakatan kreativitas. Bahkan daya hayatnya dalam memerankan setiap tokoh semakin matang. Dalam waktu singkat, Cak Totok Suprapto benar-benar telah sejajar dengan para seniornya. Sungguhpun demikian, dasar orang kulonan, tidak pernah merasa sombong. Tetap menghormati seniornya sebagai orang yang memang benar-benar sebagai inspirator.

Setelah cukup lama mematangkan keaktorannya di ludruk Wijaya Kusuma Unit II dan ludruk Persada Malang, Cak Totok Suprapto hijrah ke Jakarta. Hal ini keputusan yang sangat spekulasi, karena ibu kota itu lebih kejam dari pada ibu tiri.  Di Jakarta bergabung dengan ludruk Mandala Pimpinan Dr. Suradi bersama Cak Nurbuat, Cak Bambang Januri, dan Mas Christadi WN. Selain dari pada itu juga bersama Cak Sami at, Cak Kabul, Elyas, Rukiman, Basuki, dan seniman ludruk dari Jombang dan Mojokerto.

Di Jakarta Cak Totok Suprapto tidak menampakkan dirinya sebagai pemain ludruk yang telah berpengalaman, justru puas menjadi tukang teknis panggung. Pekerjaannya yang memang professional dia dipercaya oleh Dr. Suradi.

Pada suatu ketika, Cak Totok Suprapto dicasting oleh  Mas Christadi  untuk tampil. Pada malam itu ternyata diperhatikan oleh  Dr. Suradi. Sudah barang tentu berikutnya tidak diperkenankan sebagai tukang teknik panggung.

Pengalaman selama di  Ludruk Mandala, Cak Totok Suprapto senang dan bersyukur. Karena pernah  bertemu dan foto bersama Presiden Suharto, bahkan dapat bermain satu panggung dengan artis ibu kota, seperti  Tarzan Pelawak Sri Mulat. Banyak pengalaman yang dapat diperoleh, utamanya kemampuan bertahan hidup di Jakarta.

Setelah cukup lama berada di Jakarta, Cak Totok Suprapto merasa berhasil menaklukan hati ibu kota. Cak Totok Suprapto ingin kembali ke Malang, sebab Ludruk Mandala terpecah menjadi dua kubu.  Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Cak Totok Suprapto secepatnya kembali ke Malang.

Ketika di temui oleh Damariotimes, Cak Totok Suprapto mengaku sudah cukup puas karena keinginannya pentas di Kampus bersama mahasiswa sudah terpenuhi.  Bahkan beberapa tahun yang lalu Cak Totok Suprapto diberi kesempatan oleh Cak Heri Prasetyo untuk tampil secara kolaboratif dengan Cak Kirun, Cak Agus Kuprit dan Cak Tawar di Surabaya.

Pada kesempatan seperti itu, sebagai seorang aktor dapat  menunjukkan kualitas aktingnya. Kolaborasi yang tidak selalu dapat dijumpai pada panggung ludruk tradisional, tentunya menjadi kebanggan tersendiri.

Dalam Pertunjukan Harmoni Jawa Timur inilah  Cak Totok Suprapto sebenarnya diuji, karena pada kesempatan itu dapat membuktikan pengalaman selama ini sebagai aktor ludruk. Pembuktian itu menjadikan, bahwa para pemain ludruk itu tidak sekedar hobi, bahkan tidak memiliki pekerjaan yang lain, demikian tegas Ketua Paguyuban Ludruk Malang ini.  

Mereka yang memang benar-benar memperoleh gembelengan dan tempaan selama ini sebagai aktor ludruk. Tentu akan dibuktikan oleh zaman. Bagaimana mereka yang telah memperoleh predikat pemain kelas wahid di zamannya. Tentu akan dapat ditunjukan pada generasi zaman now. Kepiawaian Cak Totok Suprapto juga mengundang decak kagum Mas Kukuh Setyabudi, Pakar Karawitan RRI Surabaya.

 

Reporter          : Marsam Hidajat
Editor              : Muhammad ‘Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Anak Insinyur Pengeboran Minyak Jadi Pemain Ludruk Selama 51 Tahun"