DAMARIOTIMES - Seniman, dan pekerja seni lainnya dimasa pendemi COVID-19 ini banyak yang terpuruk. Karena pekerjaan mereka sebagai produsin perlengkapan kesenian atau jasa seni pertunjukan tidak ada yang dapat menyelenggarakan acar. Tidak banyak dari mereka yang berusah alih profesi, namun tidak demikian dengan Tulus Hendrawan, asli Arema. Kelahiran Janti Utara, kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun, Kota Malang, 63 tahun yang lalu.
Ki Tulus selalu optimis di tengah bagai pendemi-COVID-19 (foto: Ist) |
Ki Tulus, demikian panggilan populer
di linngkungan seniman jaranan Malang, Darah seninya tumbuh dan berkembang
ketika berjumpa dengan Purnami, yang kini menjadi istrinya. Pasangan seniman kini
dikaruniai 3 anak dan 4 cucu. Hal ini yang menjadi kebanggaan, bahkan kini
salah satu cucunya yang menemani keluarga Ki Tulus bekerja membuat jaranan
Arema.
Bu Purnami dianugrahi ketrampilan
menganyam bambu dari keluarganya yang dahulu menjadi perajin benda-benda dari
bambu, seperti tompo, kukusan, erek, tedok, tampah, kipas. Ketrampilan
tradisional ini kini di desa kelahirannya Najum, Gunungkawi. Selain mendapatkan
warisan ketrampilan menganyam, bu Purnami pada waktu gadis adalah penari Jatil,
karena orang tuanya mempunyai perkumpulan Reog.
Keluarga Ki Tulus setelah menikah, kemudian menetap di Janti Selatan sejak tahun 1980-an, waktu itu belum jadi perajin. Tapi aktivitasnya di berbagai grup jaranan sudah malang melintang. Karena waktu itu ada temannya sebagai perajin, bernama pak Min. Takut mematikan penghasilan temannya. Tapi setelah pak Min tidak lagi memproduksi, baru ada niat untuk membuat jaranan. Namun jarangan yang dikerjakan tidak seperti jaranan produksi seniman-seniman Tulungagung atau Blitar. Ki Tulus menggagas untuk menciptakan jaranan Malang, yang kini populer disebut sebagai jarnan arema.
Sebagai pengrajin jaranan, yang
selalu dipertahankan adalah kualitas, baik segi anyaman, bentuk jaranan, dan
lukisan kuda yang menggunakan bahan cat berkualitas. Sehingga pelanggang yang
pernah pesan ke Ki Tulus selalu kembali, sungguhpun rumahnya berada di dalam
kampung. Rumah yang digunakan sebagai stodio proses itu ada di Jl Janti Selatan
gg. 8 no. 50. Kalau ada orang yang mencari ki Tulus, seluruh Janti Selatan
pasti semua orang sudah mengenal. Bukan karena populer, karena yang membuat
jaranan tidak ada orang lain.
Dimasa pendemi COVID-19 ini Ki Tulus
berusaha setegar mungkin, karena tidak ada pilihan lain. Hidup kami adalah
seniman, maka dengan kekuatan yang ada tetap mempertahankan profesi ini. Oleh
karena itu dengan modal yang ada, keluarga Ki Tulus tetap membuat jaranan
berbagai ukuran. Ki Tulus merasa sedih, jika ada teman-teman ke rumah akan
membeli tidak ada barang.
Menjelang awal bulan September, Ki
Tulus mengaku mendapatkan pesanan 50 buah jaranan kecil polosan dari DIKNAS
Kota Malang. Jaranan polos itu untuk digunakan sebagai lomba melukis. Lumayan,
order ini dapat menyambung kehidupannya.
Editor : Harda Gumelar
Posting Komentar untuk "Ki Tulus Perajin Jaranan Arema Optimis Selama Pendemi Covid-19"