DAMARIOTIMES - Drs. Soerjo Wido Minarto, M.Pd. menceritakan tentang lakon Ludruk berjudul: Sumolewo Aris Japanan. Lakon ini pernah dipentaskan oleh Ludruk Lerok Anyar Pimpinan Cak Marsam Hidayat. Soerjo Wido Minarto sebagai sutradara pertunjukan yang dilangsungkan 20 Oktober 2020.
Peperangan antara Sumolewo dan Panji Pulangjiwo (Foto: doc Wido) |
Cerita ini sebenarnya fiktif, tetapi dikaitkan
dengan roman sejarah dimasa kerajaan Jawa. Di Malang yang sebagai adipati bernama Ronggo Tohjiwo.
Adipati ini mempunyai saudara perempuan
bernama Dewi Proboretno. Walaupun seorang perempuan, namun jiwanya patriotik, kesatria.
Bahkan mempunyai keterampilan berolah perang yang mumpuni, sehingga berani menentang
musuh.
Ketika itu kerajaan
Mataram akan mengembangkan wilayahnya sampai ke daerah Jawa timur dan yang
paling akhir sulit untuk ditaklukkan adalah kadipaten Malang. Dalam peperangan,
Mataram merasa kesulitan untuk menembus pertahanan benteng di kadipaten Malang
yang bernama benteng Gowa Boring, atau benteng gunung buring.
Karena begitu beratnya
perlawanan Mataram kepada Malang, maka Proboretno sebagai Senopati mendirikan sayembara
barang siapa yang bisa menandingi kesaktiannya dan dapat membuka Gowa Boring,
akan diangkat menjadi Senopati dan dijadikan suami Proboretno. Berita ini
sampai ke daerah-daerah, termasuk sampai ke Aris Japanan yang bernama Sumolewo.
(Aris adalah jabatan pemerintahan yang membawahi beberapa desa).
Aris Sumolewo sebenarnya
seorang yang sakti tetapi mudah terpikat dengan kecantikan wanita dan gila
hormat. Maka tujuan utamanya mengikuti sayembara bukan untuk menjadi Senopati,
melainkan karena terpesona kecantikan Proboretno. Hal ini disampaikan kepada istrinya (Kasanah)
untuk mengikuti sayembara di Kadipaten Malang. Jika berhasil memenangkan sayembara
itu akan dijadikan Adipati di Malang dan mendapatkan permaisuri bernama
Praboretno. Sebenarnya Kasanah (istri Sumolewo) sangat keberatan dengan tujuan
tersebut tetapi apa daya, dia seorang wanita yang tidak bisa melawan kehendak
suami. Akhirnya Proboretno menyetujui dengan syarat karena saat ini dia sedang
hamil lima bulan, maka dia minta supaya diikuti setelah anaknya lahir. Sumolewo
merasa keberatan dengan waktu yang cukup lama karena masih harus menunggu empat
bulan lagi. Maka dia mengatakan bahwa sayembara ini akan segera ditutup oleh
karena itu boleh tidak boleh dia harus mengikuti dan ia minta supaya Kasanah
menyetujui dan menyerahkan pusaka keris Kyai Kala Bajang. Kasanah bersikukuh
tidak mau menyetujui jika belum anaknya lahir dan dia tidak akan menyerahkan
keris itu sebelum pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan janjinya.
Sumolewo marah besar dan dia akan membunuh Kasanah jika Kasanah tidak
menyetujui. Lalu Kasanah pura-pura menyetujui dan akan mengambilkan keris
tetapi Kasanah lari lewat belakang dan pergi meninggalkan Sumolewo.
Sumolewo terlena
membayangkan kecantikan Proboretno, hampir lupa pada kerisnya. "Kasanah! Kasanah!
Kok suwe men, Lapo ae?? Ndi kerise??.. ternyata tidak ada
jawaban, baru sadar bahwa Kasanah melarikan diri lewat pintu belakang. Maka Sumolewo
marah besar, ia mengejar istrinya, jika ketemu akan dibunuh.
Kasanah pergi ke rumah
orang tuanya, untuk mengadukan sesuatu yang terjadi. Maka oleh orang tuanya,
Kasanah disarankan pergi ke gunung Penanggungan tempat guru Sumolewo yaitu Begawan Sidik Wacana.
Belum berselang lama,
datanglah Sumolewo dengan marah-marah
mencari istrinya. Kedua orang tua Kasanah mengetahui watak Sumolewo yang keras
kepala dan sedikit kejam, maka mereka menutupi/berbohong jika Kasanah dari
sini. Kemudian terjadi adu mulut yang akhirnya Sumolewo menghajar bapak
Kasanah, hingga babak belur. Maka mengakulah kalau Kasanah memang baru dari
sini, sekarang disuruh ke gunung Penanggungan mendatangi gurunya. Sumolewo
tanpa pamit pergi ke gunung Penanggungan mengejar Kasanah.
Di gunung Penanggungan
begawan Sidik Wacana sudah mengetahui bahwa Kasanah akan datang, setelah
dipersilahkan kemudian ditanyakan kenapa lari-lari menuju gunung Penanggungan
sini. Kasanah menceritakan semua kejadiannya tentang keinginan Sumolewo hingga
ia lari ke padepokan ini. Sekarang Kasanah pasrah kepada guru Sidik Wacana akan
keputusan ini serta menyerahkan keris pusaka ini.
Begawan Sidik Wacana
menyanggupi permintaan Kasanah dan berjanji untuk mengingatkan Sumolewo.
Setelah Kasanah masuk, Sumolewo datang dengan hormat menyembah pada gurunya.
Setelah bercerita panjang lebar, maka Sumolewo minta agar gurunya menyetujui
rencana Sumolewo untuk mengikuti sayembara tersebut. Sebenarnya begawan sidik
Wacana merestui asalkan sudah lahir anak yang dikandung Kasanah. Tapi Sumolewo tetap
menolak, hingga terjadi perdebatan yang akhirnya Sumolewo menusukkan kerisnya ke
tubuh gurunya. Begawan Sidik Wacana seketika itu meninggal, namun sebelum
sukmanya pergi sempat berpesan kepada Sumolewo, harus hati-hati, nanti jika
ketemu laki-laki muda dari timur memakai anting-anting sebelah, maka dialah
yang akan mengalahkan Sumolewo sebagai ngundhuh
wohing panggawe. Dengan pernyataan tersebut, maka Sumolewo bersumpah untuk
membunuh semua laki-laki dari Timur (Madura) yang menggunakan anting-anting.
Di perjalanan ke Malang
setiap ketemu dengan orang laki-laki Madura selalu dimusuhi bahkan dibunuh. Maka
beberapa orang Madura ketakutan dan lari mencari perlindungan. Kebetulan ketemu
dengan seorang bernama Panji Pulangjiwo dia keturunan Madura menggunakan
anting-anting. Maka beberapa pemuda itu melaporkan bahwa orang-orang Madura
diburu dan dibunuh oleh Aris Sumolewo dari Japanan. Maka Panji Pulangjiwo
mencari Sumolewo mempertanyakan permasalahannya.
Di Kadipaten Malang, Adipati Rangga Tohjiwo
sedang bersidang dengan punggawanya, Di antaranya Patih Mangun Sudarmo (tangan
kanan Adipati Rangga Tohjiwo), dan beberapa penggawa lainnya termasuk Dewi
Proboretno, Mereka membicarakan tentang situasi kadipaten Malang yang diserang
oleh tentara Mataram. Sementara itu Proboretno sudah memberikan Penjelasan
bahwa sudah mengadakan sayembara dengan segala persayaratan dan ganjarannya. Namun
sejauh ini belum ada satupun calon yang
mampu mengalahkannya, apalagi membuka Gowa Boring tersebut. Sehingga belum ada
yang dapat diandalkan sebagai Senopati Kadipaten Malang.
Belum sampai tuntas dalam pembicaraan tiba-tiba
di luar terdengan Sumolewo berteriak untuk mengikuti sayembara. Sidang dibubarkan dan semua menuju ke
alun-alun Kadipaten ingin menyaksikan Sumolewo melawan Proboretno.
Di
alun-alun Kadipaten Malang terjadi adu kesaktian antara Proboretno dengan Sumolewa
yang sangat sengit. Lalu Proboretno lari masuk Gowa Boring sambil sumbar,
Masuklah hai Sumolewa jika kau sakti. Ternyata Sumolewo tidak bisa membuka Gowa
Boring, kemudian datang Panji Pulangjiwo yang mau memasuki Sayembara sambil
mencari Sumolewo. Maka bertemulah antara Sumolewo dengna Panji Pulangjiwo dan
terjadi peperangan yang akhirnya dimenangkan oleh Panji Pulangjiwo. Sekaligus
dapat membuka Gowa Boring.
Editor : Robby Hidajat
Posting Komentar untuk "Sumolewo Aris Japanan Lakon Ludruk Dengan Roman Sejarah Di Masa Kerajaan Jawa"