Selamatan Takir Plontang Tradisi Tolak Balak Di Kediri

DAMARIOTIMES - Slametan takir plontang merupakan tradisi rutin yang dilakukan masyarakat Kediri pada 1 Muharram (1 Suro). Hampir semua desa turut memeriahkan tradisi Selametan Takir Plontang.


Foto Takir Plontang (Foto: Eka Damayanti)


Di Kediri tradisi slamatan ini beraneka ragam cara memeriahkannya, setiap desa memiliki cara masing-masing. Eka Damayanti (warga Gurah, Kediri) mencerikan pada Damariotimes. Kegiatan selamatan takir plontang merupakan tradisi unik, dan memiliki cara yang berbeda-beda.  Ada sebagaian masyarakat yang membuat takir plontang yang hanya dimakan bersama keluarga besarnya saja, adapula yang dibawa ke masjid atau di langgar terdekat.

Kegiatan slamatan dilaksanakan setelah jamaah sholat Maghrib, sehingga jika dilaksanakan bersama keluarga, maka keluarga besar harus sudah berkumpul sebelum sholat Maghrib.

Semua anggota keluarga berkumpul dengan posisi takir plontang berada ditengah, kemudian pemuka agama atau orang yang dianggap lebih tua memimpin doa, setelah doa selesai semua masyarakat makan bersama, dan harus dihabiskan.

Jika dalam salah satu keluarga, terdapat anggota yang merantau maka takir plontang tersebut dibagikan kepada tetangga terdekat.

Setelah makan, takir plontang ini dibuang ke atap rumah (dibuwak nak duwure genteng). Filosofinya supaya balaknya tidak turun lagi ke rumah, atau balaknya kembali lagi.

Masyarakat Kediri mempercayai bahwa memperingati 1 Muharram (1 Suro) dengan selametan takir plontang merupakan  simbol tolak balak. Oleh karena itu masyarakat Kediri menganggap slamatan ini wajib dilakukan, tujuannya untuk tolak balak.



Kontributor     : Eka Damayanti
Editor              : Muhammad ‘Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Selamatan Takir Plontang Tradisi Tolak Balak Di Kediri "