DAMARIOTIMES - WhatsApp mulai trending menggantikan sms sekitar november 2009, hingga kini, WhatsApp masih populer. Para pengguna WhatsApp tentu mempunyai grup WhatsApp, baik yang formal atau yang sosial.
Ilustrasi sebelah kiri (grup instansi) hanya admin yang bisa mengirim pesan, sebelah kanan grup keluarga |
Dari para pengguna grup WhatsApp
formal pada umumnya mempunyai etika formal, atau ada komitmen dan aturan yang dikemukakan pada waktu pertama kali grup WhatsApp
dibuat. Sehingga anggotanya memahami
maksud dan tujuannya. Selain dari pada itu, grup WhatsApp formal bersifat hirarkis,
struktural, artinya anggota grup WhatsApp akan merasa enggan atau hormat pada
orang yang mempunyai hirarkis atau pangkat yang lebih tinggi. Sehingga setiap
unggahan berupa pengumuman, himbauan, atau penjelasan yang terkait dengan
pekerjaan atau kepentingan organisasi.
Grup WhatsApp
Formal
Grup WhatsApp formal adalah grup
yang dibuat untuk kepentingan instansi, organisasi, atau perkumpulan
profesional. Pada umumnya grup WhatsApp ini tidak ada persoalan, atau sangat
sedikit masalah yang ditimbulkan oleh perilaku anggotanya.
Hanya
saja jika memang ada satu dua anggota grup WhatsApp yang mempunyai kebiasaan
tidak memahami, atau memang tidak mau memahami fungsi dan kepentingan grup WhatsApp itu
dibuat.
Sehingga koordianator grup seringkali menegur, bahkan ada yang merelakan untuk membuat grup WhatsApp
baru yang diberikan nama ‘tidak formal’.
Grup WhatsApp Non Formal
Grup WhatsApp non normal ini
yang varianya beragam, ada grup WhatsApp keluarga, grup WhatsApp arisan, grup WhatsApp
alumni, grup WhatsApp kampung (RT), dan masih banyak lagi. Intinya grup itu
dibuat hanya untuk melakukan komunikasi yang tidak memiliki aspek koordinasi,
semua level anggota sama derajatnya. Sehingga tidak ada batasan tertentu yang dibicarakan.
Karena longgarnya hubungan pada
grup WhatsApp non formal maka pada kumpulan ini seringkali menimbulkan
problematika komunikasi, baik dari sisi etika atau sisi konten. Maka tidak
jarang diantara anggota grup WhatsApp yang merasa tersinggung, terabaikan, atau
seringkali sangaja atau tidak sengaja ada orang yang membuli (bullying) salah
satu anggota.
Etika pada grup WhatsApp memang
tidak dapat dipaksakan atau dimengerti oleh setiap orang, karena perilaku menyimpang dalam komunikasi vitual memiliki
kecendrungan merasa tidak bertatap muka langsung. Akibatnya, penyimpangan etika komunikasi
seringkali terjadi.
Etika yang seringkali terjadi
adalah, (1) tidak mengindahkan unggahan orang lain, karena merasa tidak
memiliki kaitan dengan dirinya secara langsung, (2) mementingkan dirinya sendiri, sehingga
ingin mendapatkan perhatian lebih dengan cara
memotong pembicaraan sebelumnya yang sama sekali tidak ada kaitannya,
misalnya mengunggah lagu, mengunggah gambar, mengalihkan perbincangan, (3) mendominasi unggahan dengan
menyampaikan beragam informasi, dan tidak memperimbangkan kepentingan grup WhatsApp,
(4) menggunakan kesempatan untuk mempromosikan produk, (5) menunjukan hobby,
(6) selalu memberikan petuah-petuah, baik sosial atau spiritual, (7) tidak
aktif, hanya tampil bila ada berita kematian atau ulang tahun. Bahkan setiap
pagi dan sore pekerjaanya menghapus unggahan di grup WhatsApp.
Etika perilaku grup WhatsApp non
formal ini yang kadang membuat anggota grup yang sensitif akan merasakan
menderita, namun tidak hendak keluar dari grup karena merasa enggan. Hal ini
dimasa pandemi
Covid 19 ini menyebabkan imunitas menjadi turun. Seyogyanya para pengguna WhatsApp
yang mempunyai grup, setidaknya dapat menempatkan diri senetral mungkin, dan
memposisikan dirinya menjadi seimbang dengan kepentingan anggota dalam grup.
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Perilaku Etika Grup Whatsapp Masa Kini "