DAMARIOTIMES - Hiruk pikuk visual menjadi salah satu ciri dari daerah perkotaan. Aneka baliho, poster, dan reklame saling berjejer di sepanjang jalan, berusaha merebut perhatian masyarakat. Seni mural pun turut meramaikan visual ruang-ruang publik di perkotaan. Mural adalah salah satu bentuk dari street art atau seni jalanan yang divisualkan menggunakan cat di permukaan dinding, atau dengan kata lain, mural adalah lukisan dinding. Ketika berada di ruang publik mural memiliki kedekatan dengan masyarakat. Dekat secara ruang sehingga dapat dilihat oleh siapapun tanpa memandang status, maupun dekat secara tematik. Tidak jarang, mural mewakili situasi dan kondisi masyarakat.
Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang menjadi lahan subur bagi perkembangan seni mural. Mulai dari dinding-dinding kafe, sekolah, pertokoan, hingga bangunan pemerintahan kini semakin marak dihiasi mural. Berbagai macam mural menarik, salah satunya adalah mural di Jalan Kembang Matahari, Kota Denpasar. Tepatnya di seberang Basic Coffee. Menariknya, karya ini merupakan kolaborasi dari kelima anggota Komunitas Pojok yaitu WAR, Wild Drawing, Slinat, Bob Trinity, dan Mr. X.
Mural di Jl. Kembang Matahari, Denpasar (Foto: Paramita)
Mural di Jalan Kembang Matahari tersebut mevisualkan sebuah kata NORMAL yang penulisannya dibalik. Di masing-masing huruf tersebut terdapat visual yang berbeda-beda. Huruf N direspon oleh Bob Trinity, dimana terdapat sepasang ikan hias yang berenang dalam latar merah. Huruf O direspon oleh Slinat, yang melukiskan wajah seorang lelaki botak yang tersambung dengan pantulan di bawahnya dan bernuansa monokrom. Di sebelah huruf O terdapat visual seseorang berambut panjang yang berdiri di atas lelaki botak. Sosok berambut panjang tersebut bergandengan tangan dengan sosok sama dengannya, hanya saja dengan posisi terbalik. Visual tersebut mengisi huruf R yang direspon oleh Wild Drawing.
Kemudian, di tengah huruf M terdapat dua buah tangan yang berada di atas dan di bawah, saling bersentuhan seolah ingin saling meraih, hasil visual dari WAR. Di sebelahnya, di dalam huruf A, terdapat lukisan seekor burung dara yang yang direspon oleh Mr. X. Kedua mata lukisan burung tersebut merespon lubang pada dinding dan paruhnya nampak sedang menggigit suatu benda seperti sumbu petasan. Sementara itu, huruf L merupakan hasil kolaborasi dari kelima anggota Komunitas Pojok, dimana terdapat tengkorak terbalik dengan susunan tulang menyerupai rambut mohawk di atas kepalanya. Pada dinding kecil di sebelah mural NORMAL terdapat kalimat: “Normal is boring. Normal never was The Pojoks”, yang merangkum inti dari mural tersebut.
Karya mural di Jalan Kembang
Matahari ini merupakan bagian dari pasca acara Bali Yang Binal (BYB) #9 yang
diadakan di Pulau Nusa Penida tanggal 7-13 Juli 2021 silam. BYB merupakan event
biennale (dua tahun sekali) yang diinisiasi oleh Komunitas Pojok, dimana
tahun ini mengusung tema “Normal is Boring”. Mempertanyakan normal
menjadi salah satu inti dari tema ini. Kondisi normal dapat dikatakan sebagai
suatu kondisi yang dianggap benar atau sesuai yang disepakati atau diterima
oleh masyarakat.
Sebelum pandemi Covid-19 terjadi,
banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi berbeda dari orang lainnya. Namun
kini, normal justru menjadi sebuah kondisi yang diharapkan hampir semua orang
di masa pandemi ini. Dalam kondisi ini semua orang seolah dipaksa untuk menjadi
sama. Mural ini merespon situasi normal yang kini sedang jungkir balik, berada
di kondisi yang tak pasti. Sikap masyarakat terbagi menjadi: berharap kembali
ke situasi sebelum pandemi, atau bertahan di normal yang baru dan menjadikannya
normal yang benar-benar normal. Ketidaksiapan masyarakat menghadapi kondisi
inilah yang menjadi pemantik dari tema mural tersebut.
Karya ini menampilkan ekspresi
bebas, menunjukkan kepribadian dan ciri khas muralisnya yang berbeda satu sama
lain. Keenam bentuk visual dengan warna-warna yang kontras yang menghiasi
huruf-huruf tersebut nampak saling tidak berkaitan satu sama lainnya. Namun,
meskipun saling bertolak belakang, karya ini tetap terlihat harmonis dan
perbedaan-perbedaan tersebut nampak saling mendukung menjadi satu kesatuan,
serta tentunya tidak membosankan. Huruf-huruf dalam kata normal pada mural
tersebut dapat dibaca sebagai batasan. Batasan dalam konteks saat ini adalah
situasi normal yang merupakan nilai-nilai yang disepakati bersama di
masyarakat. Lukisan-lukisan di dalam huruf tersebut seolah mewakili pribadi-pribadi
unik yang mempertahankan keinginannya menjadi berbeda di tengah situasi yang
tidak normal ini.
Karya ini memberikan semangat
untuk berani mengekspresikan diri, ide, dan pemikiran-pemikiran baru secara
bebas meskipun ada batasan-batasan. Perbedaan-perbedaan itulah yang memberikan
warna dikehidupan ini. Jika semua menjadi sama, maka betapa membosankannya. Pernyataan
normal is boring membingkai keinginan para muralis untuk berusaha keluar
dari kotak definisi normal agar menjadi bebas mengekspresikan keunikan diri
dengan cara masing-masing.
Kontributor : Ni Wayan Satiani Pradnya Paramita
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Normal Is Boring Mural Di Jl. Kembang Matahari, Kota Denpasar"