DAMARIOTIMES - ‘Gapura’ dengan berbagai penelusuran dari para ahli sejarah dan antropologi sosial, bahwa ‘gapura’ sebagai suatu gerbang utama dari sebuah teritorial khusus, artinya suatu tempat yang mempunyai otonomi. Seperti sebuah kerajaan, pasti untuk memasukinya harus melewati gapura pintu gerbang.
Gapura 17 Agustus (Foto: Ist) |
Gapura dalam pengertian lebih luas
seperti halnya Gapura 17 Agustusan adalah bermakna simbolik. Selain makna
sebagai sebuah otonomi tempat pemukiman dari masyarakat tertentu, setidaknya
disebuah gang utama dari wilayah RT atau RW.
Setiap tahun, Gapura 17 Agustusan
menjadi bagian yang selalu hadir dengan berbagai corak dan gaya, mulai dari
yang sederhana hingga yang memiliki pertimbangan artistik. Seperti gapura 17
Agustusan yang dibuat oleh warga Ternate gg. IX Malang Jawa Timur.
Ditengah suasana pandemi COVID-19
ini, warga Jl. Ternate gg. IX tetap mampu memfokuskan pada momen Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76. Bangunan Gapura 17 Agustusan yang
terbuat dari triplek dan kertas dalam bentuk perahu pinisi memiliki makna yang
mendalam. Secara tidak disadari, bahwa masyarakat dalam tingkat yang paling bawah
masih memiliki semangat solidaritas dan ikatan sosial yang tinggi.
Rasa nasionalisme yang diekspresikan
melalui hubungan sosial diantara warga sangat kuat, bahkan dalam mewujudkan hal
tersebut tentu tidak hanya sekedar keinginan satu atau dua warga. Hal ini tentu
sudah dapat dipastikan, bahwa masyarakat di tempat itu memang benar-benar
memiliki ikatan sosial dan solidaritas yang sangat kuat.
Jika kondisi yang diekspresikan
tersebut memiliki dampak sosial yang sangat mendalam, tentunya apa yang dikerjakan
oleh masyarakat seperti yang dikerjakan di Jl. Ternate gg. IX Malang itu patut
mendapatkan apresiasi.
Di tengah gejolak ekonomi warga,
mereka yang mampu mengekspresikan penghayatan dalam bernegara dan berbangsa
tersebut. Menjadi bukti, bahwa selama ini, masyarakat ditingkat yang paling
bawah memiliki pemikiran yang mendalam, bahwa ‘perahu’ menjadi sarana yang
sangat penting mencapai tujuan, yaitu ‘kemerdekaan’. Maka mereka memilih
‘perahu’ yang memiliki sentuhan etnik, sejarah, dan tradisi kemaritiman.
Masyarakat wilayah urban seperti di
Malang tentunya sangat jauh berpikir mendalam, namun penghayatan terhadap
kebangsaan, sejarah, dan mentalitas kehidupan bernegara yang sebenarnya memang
memiliki jiwa ‘maritim’. Tentunya hal tersebut sangat membanggakan, tidak hanya
bagi warga kota Malang, namun juga Republik Indonesia yang dalam kondisi
kegoncangan ekonomi masih dapat perpikir jernih; solidaritas dan ikatan sosial.
Editor
: Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Gapura 17 Agustusan, Menumbuhkan Ikatan Sosial Dan Solidaritas Masyarakat"