Gambar Ilustrasi (Doc Pribadi) |
DAMARIOTIMES - Di masa pandemi COVID-19 ini banyak upaya-upaya dari para medis, dan juga praktisi alternatif kesehatan. Salah satunya adalah untuk melakukan aktivitas yang dapat membentuk vitamin D dalam tubuh. Pemerosesan terbentuknya vitamin D ini adalah dengan cara berjemur. Tujuannya untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Tentunya
berjemur tidak diajurkan sepanjang hari, hal itu akan membahayakan kulit dan
jaringan yang lain. Oleh karena itu, terlebih dahulu memahami karakteristik
sinar matahari. Sinar matahari yang sampai ke bumi ini ada sinar ultraviolet,
di dalamnya terdapat UVA, UVB, dan UVC. Kandungan UVC telah diserap habis oleh atmosphere
selama perjalanan dan tidak mampu mencapai bumi. Sementara UVA dan UVB yang
sampai mencapai bumi dan dapat digunakan sebagai pembentukan vitamin D.
UVA
sama dengan gelombang panjang, penetrasinya dalam. Tidak diajurkan karena akan
mengakibatkan efek mempercepat penuaan kulit, bahkan yang lebih bahaya adalah
menyebabkan kanker kulit.
UVB
sama dengan gelombang pendek, penetrasinya dangkal. Tapi menyebabkan kulit
terbakar, namun sinar ini yang sangat penting untuk pembentukan vitamin D dalam
tubuh.
Kedua
sinar ini sepanjang hari akan mengenai butuh manusia secara langsung, asalkan
tidak terhalang oleh mendung. Maka kita tidak dapat memilih, sungguhpun sinar UVB
itu yang paling penting dalam pembentukan vitamin D.
Oleh
karena itu, para WHO dan perkumpulan dokter kulit menganjurkan saat yang tepat
waktu berjemur, yaitu pada saat matahari terbit sampai sekitar pukul 09.00. AM.
Karena sinar UVA dan UVB tidak begitu intens menimpa kulit. Sinar UVA yang
jatuh ke bumi pada saat pagi hari Sebagian telah dipantulkan oleh atmosphere
dan tidak dapat masuk masuk ke kulit, sementara sinar UVB yang dibutukan untuk
sintesa vitamin D pada tubuh tidak sangat kuat menimpa tubuh.
Jika
hal ini benar, maka para petani Jawa telah mengamalkan anjuran WHO. Para petani
Jawa pergi ke sawah, apakah mencangkul atau membajak dimulai setelah sholat
subuh, sekitar pukul 05.00. pekerjaan akan diakhir sekitar pukul 09.00-10.00. Selepas
waktu itu, mereka istirahat. Berteduh di pondok menunggu istri atau anak
perempuannya datang mengirim bekal. Para wanita yang mengantar bekal ke sawah
tentunya sudah berangkat sekitar pukul 08.00, berjalan melalui pematang sawah.
Sepanjang jalan itu tentunya tertimpa sinar matahari pagi yang hangat.
Sesampainya di pondok, kemudian
mereka makan bersama sambil menikmati tiupan angin yang spoi-spoi menyejukan.
Bahkan udaha pagi itu tentunya sangat bersih dan segar. Siklus kerja yang
dibentuk oleh budaya ini ternyata mempunyai tujuan untuk pembentukan imunitas
tubuh.
Setelah pukul 11.00 para petani
pulang, tidak ada lagi yang dikerjakan di hamparan sawah. Hal ini juga
mempertimbangkan, bahwa sinar UVA dan UVB akan mengenai tubuh mereka secara
langsung. Sungguhpun sinar UVB yang bagus untuk sintesa vitamin D, namun sinar
UVA yang akan membakar tubuh mereka. Oleh karena itu, sepanjang jalan pulang
selalau terlihat para petani selalu mengenakan topi bambu yang lebar.
Penulis :
Eky Sapta Daniar
Posting Komentar untuk "Petani Jawa Bekerja Di Sawah Menyerap Vitamin D"