Mbah Sum Pembatik Tertua di Banyuwangi bersama batiknya (Foto: Ist) |
DAMARIOTIMES - Batik
tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, terutama di Jawa.
Batik tidak hanya digunakan untuk orang-orang tua, namun kini telah menjadi
busana resmi atau santai. Seperti halnya batik Banyuwangi,
Batik
Banyuwangi termasuk batik pesisiran, yakni batik yang diproduksi oleh
masyarakat batik di luar keraton, oleh masyarakat umum di desa-desa.
Pertumbuhan
Batik Banyuwangi berangkat dari beberapa faktor, yaitu masyarakat pelaku
produksinya, yakni pribumi/ menengah ke bawah; sifatnya yang cenderung
merupakan komoditas dagang berikut segenap dampak yang ditimbulkan pada
teknologi produksinya; dan ikonografi yang syarat dengan pengaruh etnis.
Kehidupan
sosial di Banyuwangi merupakan perpaduan dari tiga unsur budaya, yakni: Jawa,
Bali dan Madura yang membentuk kebudayaan Suku Osing Banyuwangi yang memiliki
kekhasan dan keunikan tersendiri.
Ada berbagai macam jenis motif batik di
daerah Banyuwangi di antaranya adalah: Batik Gajah Oling, Blarak Sempal,
Kopi Pecah, Sembruk Cacing, Gedhegan, Gringsing, Uter (Moto Pitik), Ukel,
Kangkung Stingkes, Galaran, Dilem Sempleh, Paras Gempal, Jenon, Manuk Kecaruk,
Beras Kutah, Klabangan, Maspun, Jajang Senbarong, Totogan, Complongan dan Ulo
Buntung dan masih banyak yang lainnya, ada sekitar 30 motif di Banyuwangi,
tentunya semuanya unik, khas, dan semuanya menunjukan ekspresi budaya lokal.
Motif batik Banyuwangi yang paling khas, paling
kuno, atau tradisional yaitu motif batik Gajah Oling. Batik jenis ini
merupakan batik ikonik Banyuwangi,
Batik Gajah Oling diproduksi oleh masyarakat perajin Suku Osing Banyuwangi. Dahulu kala
batik hanya diproduksi oleh ibu-ibu tua Suku
Osing yang membatik di depan rumah masing-masing di daerah Tumenggungan
Banyuwangi. Salah satunya adalah Mbah Kulsum (Mbah Sum) berusia 89 Tahun,
pembatik yang sampai saat ini masih setia membatik dengan batik tulis di depan
rumahnya, tepatnya di Desa Tumenggungan. Batik tulis karya beliau masih klasik
dengan teknik kerikan yang rumit bercirikan warna khas dan bernilai seni
tinggi. Mbah Sum membatik sebagai ibadah yang harus dijalani untuk memenuhi
kebutuhan hati dan hidupnya. Sebagian besar karya beliau adalah pesanan dan
banyak juga yang khusus dibuat untuk penari Gandrung atau untuk kelengkapan
upacara Seblang.
Sekarang
karena permintaan pasar dan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat, maka
para industri/perajin batik Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di
Banyuwangi pun semakin banyak dan tersebar di seluruh daerah Banyuwangi.
Saat ini
ada sekitar 35 UMKM di Banyuwangi yang memproduksi
batik. Mereka memproduksi tidak hanya membatik dengan teknik tulis aja, tapi
juga teknik cap, teknik printing dan
semi tulis. Hal ini untuk menyiasati kebutuhan masyarakat yang semikin banyak
akan penggunaan batik.
Dr. Ike Ratnawati, M.Pd.
Dosen Jurusan Seni Dan Desain FS UM
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Mbah Sum Pembatik Tertua di Banyuwangi Manjadikan Batik Sebagai Ibadah Yang Harus Dijalani"