Suasana kegiatan proses membatik di Kampung Budaya Polowijen (Foto: Ist) |
DAMARIOTIMES - Kampung Budaya Polowijen (KBP) salah satu kampung tematik yang ada di Kota Malang. Kampung ini di gagas oleh Isa Wahyudi, S.Psi., M.Psi. atau yang keren di panggil Ki Demang. Sejak berdirinya KBP pada tahun 2015 di Wilayah Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing Kota Malang memfokuskan pada pengembangan budaya khas Malang. Salah satu yang jadi fokus pengembangan adalah Batik.
Batik KBP mulai dirintis sekitar tahun 2017, pada awalnya diikuti tidak lebih dari 5 orang. Kegiatan membatik di KBP semula dibuka tiga kelas, namun hingga sekarang yang aktif sebagai pembatik kurang lebih 10 orang.
Seiring perkembangan waktu, kegiatan membatik di KBP terus berlangsung dan mendapatkan hak kekayaan intelektual (HKI) dari salah salah satu desain, yaitu berjudul Kendedes. Batik Kendedes ini dimaksudkan sebagai salah satu ikon khas, bahkan kedepannya akan dikembangkan sebagai produk ekonomis.
Batik Kendedes yang telah memiliki sertifikat HKI (Foto: Ist) |
Disamping
desain yang sudah ber-HKI, di KBP ada beberapa pembatik yang telah memiliki sertifikat,
yaitu Titik Nur Fajriyah, Nur Hidayah dan Feby. Mereka telah lulus mengikuti
uji kompetensi sebagai pembatik.
Ibu-ibu yang telah
bersertifikat tersebut kini menjadi mentor bagi warga KBP atau masyarakat yang
memang ingin menekuni bidang seni batik. Demikian penjelasan Titik Nur
Fajriyah, karena KBP tidak hanya mengembangkan batik sebagai kegiatan produksi
komersial, namun juga diharapkan jadi sentra pengembangan keterampilan untuk
meningkatkan ekonomi keluarga.
Atas dasar
koordinasi Titik Nur Fajriyah. Warga KBP bahu-membahu mengembangkan dan juga siap
menerima segala pemesanan kain batik, baik batik untuk sebagai jarit atau kain
untuk busana yang modis. Terutama batik Kendedes.
Kegiatan
membatik dilakukan secara rutin setiap minggu. Hanya saja amat disayangkan saat
ini tidak dapat dilakukan seperti sebelum pandemi Covid-19. Pada pertemuan itu
sangat efektif untuk evaluasi, dan juga mencari ide-ide baru yang lebih
kreatif. Hal ini sangat penting untuk mengkatkan keterampilan dan inovasi.
Bahkan cara kerja membatik di KBP dapat dilakukan di rumah masing-masing warga,
ketika bertemu para pembatik dapat setorkan. Sudah barang tentu hasil itu ada
perhitungan secara ekonomis, bahkan jika dapat kesempatan pameran. Tentunya
dapat menambah inkam keluarga.
Kegiatan
membatik yang sudah mulai berkembang terpaksa harus dibatasi. Kami menyadari,
bahwa protokol Kesehatan dimasa pandemi Covid-19 tidak dapat menampung banyak
peminat. Oleh karena itu, mereka yang berminat untuk belajar membatik di KBP
tidak dapat secara massal. Demikian keluh kesah Titik Nur Fajriyah. Tentunya juga
diiringi harapan dan semangat, bahka batik di KBP akan mempunyai sumbangan yang
sangat besar untuk masyarakat di Kota Malang.
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Batik Kampung Budaya Polowijen (KBP) Malang"